Mohon tunggu...
VINA FARAH AMALIA
VINA FARAH AMALIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Budaya Larung Sesaji Papuma: Kearifan Lokal dalam Gambaran Era Modern

22 April 2024   22:45 Diperbarui: 22 April 2024   22:54 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sendiri memiliki banyak ragam budaya suku serta bahasa bahkan disetiap daerah memiliki ciri khas atau karakteristik budaya yang berbeda. Oleh karna itu kita mengambil salah satu budaya lokal asal daerah saya yaitu daerah jember Budaya LARUNG SESAJI  di laut selatan tepatnya dipantai papuma Wuluhan Jember yang diadakan disetiap tahunnya kegiatan ini diselenggarakan dengan penuh antusias warga, ritual-ritual yang diadakan dapat memberi dampak baik serta buruk bagi warga dan lingkungan sekitar. Tradisi  ritual Larung Sesaji yakni bagian dari ritual utama dalam leluhur rakyat pesisir pantai Papuma dengan dilakukan oleh rakyat nelayan pesisir pantai. Di wilayah pesisir papuma, ritual larung sesaji menjadi momen budaya dalam tradisi daerah petik raut. Oleh karena itu, kedua nama budaya ini sering digunakan secara bergantian. Di kawasan pesisir pantai papuma, khususnya di kawasan jember, kedua istilah tersebut dipahami memiliki arti dan arti yang sama secara bersamaan. Yakni budaya ritus yang dilakukan rakyat pesisir disetiap tahun, dimaksudkan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta  yang telah memberikan makanan berlimpah pada para nelayan berupa hasil panen ikan yang banyak. Rasa syukur ini juga sebagai harapan supaya pada periode atau tahun yang akan datang di tahun  nanti akan terjadi peningkatan panen ikan dan hasil panen yang melimpah.Apalagi jika menyangkut prosesi ritual Larun Sesaji dimana dilakukan dengan didahului acara salat berjamaah yang  dilaksanakan di rumah dan masjid warga . Doa umum biasanya dilakukan dalam bentuk Tarian untuk mengirimkan doa kepada kakek nenek moyang yang sudah meninggal atau dengan acara khatmil Quran. Dilanjutkan dengan peresmian Lalung keesokan harinya. Pada pelaksanaan ritual larung sesaji ini khusus ditempatkan pada sebuah kapal kecil yang banyak disebut 'bitek'. Bitek sendiri merupakan kapal kecil yang didalamnya diisi dengan sesajen-sesajen yang dipersembahkan dan diharapkan harus lengkap, berupa hasil panen masyarakat berupa beberapa jenis buah-buahan dan juga ayam serta terdapat kepala kambil atau kerbau sebagai syarat leluhur. Persembahan ini diharapkan semua ada atau lengkap dikarnakan kalaupun kurang warga setempat mempercayai akan menyebabkan ada anggota masyarakat yang kesuruan dan ada anggota yang didatangi oleh Nyi Rara kidul.waraga setempat juga mempercayai bahwa nyi Rara kidul sempat menyampaikan atau merasuki salah satu warga setempat untuk menyampaikan pesan supaya sesajen yang ada dilengkapi terlebih dulu yang selanjutnya dilepaskan ke lautan bebas. Sebelum itu sesaji diarak mengelilingi desa yang dipimpin oleh kepala desa serta tokoh- tokoh masyarakat yang selanjutya akan dibawa ke laut untuk dilpaskan. Dan persebaran mitos yang ada setelah ritual larung sesaji papuma dilaksanakan setiap nelayan yang menemukan pertama perahu serta isi dadi sesaji tersebut akan mendapatkan rizki yang banyak dan melimpah.
Dari ritual larung sesaji papuma sebagai budaya yang sudah terlaksanakan  dari masa ke masa antusias warga sekitar tidak pernah turun dari masyarakat. khususnya dengan partisipasi masyarakat dalam prosesi  sesaji. Misalnya karnaval sekolah dasar, drum band, seni musik, tari, dan lain-lain.Sebaliknya, persembahan telah disiapkan oleh keluarga secara turun-temurun.Sebab jika berbeda orang menyiapkan sesaji sesuai kepercayaan setempat, maka tidak akan diterima dan  dikembalikan ke pantai.Strategi pengembangan wisata budaya Jember khususnya tradisi Larung Sesaj harus dilakukan dengan cara ini.Perayaan sosial budaya setempat memerlukan pengelolaan yang efektif agar perayaan itu sendiri dapat mempunyai nilai produktif bagi masyarakat.Dalam situasi seperti ini, yang  dapat dikatakan hanyalah bahwa proses kebudayaan yang berlangsung di sana hanya sebatas pada festival-festival tradisional besar-besaran yang diikuti oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.Ini adalah proses budaya yang terjadi secara alami dan tidak memiliki pengaruh politik yang sesuai untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.Oleh karena itu, proses kebudayaan tersebut harus dirancang untuk mencakup aspek kebijakan pengembangan budaya yang berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.Upacara Larung Sesaj Papuma harus dirancang dalam kerangka budaya lokal dan pengembangan masyarakat.tanpa menyimpangkan makna dari prosesi budaya  tradisi Larung Sesaj itu sendiri. Oleh karena itu, hal ini mungkin tidak mudah dilakukan jika seluruh komponen yang terlibat mendapat perhatian serius.
Larung Sesaj di  pesisir Papua memiliki peluang tersebut jika pemerintah memberikan perhatian serius terhadap potensi lokalnya.Keunikan tradisi sesaji Lalung Papuma memberikan peluang untuk dipromosikan dengan cara tersebut.Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, adalah motivasi masyarakat setempat. Masyarakat setempat memang terbuka dan multikultural dan turut berkontribusi dalam pengembangan layanan Larun.Minimnya sponsor baru menunjukkan bahwa meskipun prosesi budaya Larun Sesaj berlangsung meriah dan besar, namun belum menarik minat industri periklanan.Oleh karena itu, kenyataan tersebut memerlukan perhatian dan komitmen yang serius agar prosesi budaya Lalung Sesaj Papuma bukan sekedar proses budaya saja.Hal ini juga dapat menjadi katalis budaya bagi pengembangan komunitas dan perekonomian yang ada.
Dengan demikian, budaya larung sesaji papuma yang ada di pantai papuma Wuluhan Jember ini tidak hanya merupakan kearifan lokal tetapi juga budaya yang harus  kita jaga dan harus kita pertahankan dalam era moderen ini. Dengan upaya menjaga budaya kearifan lokal larung sesaji papuma ini dapat mejaga warisan serta leluhur turun temurun agar tetap terjaga dan terus berkembang dan adanya kemajuan kedepannya. Dikarnakan kita berada dalam negara indonesia menjaga kearifan lokal ini merupakan investasi untuk masa selanjutnya dan generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun