Mohon tunggu...
Vina Damayanti Sukandar
Vina Damayanti Sukandar Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Lebih Positif

4 November 2014   20:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:41 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mendengar serangkaian kata yang mempersuasi kita untuk terus berpikir positif kadang-kadang jadi hal yang menjemukan hati serta pikiran, apalagi kalo situasi dan kondisi memaksa kita untuk tidak berpikir jernih dan tenang. Kalimat-kalimat pendingin yang kurang terdiplomasi dengan baik malah bikin perasaan makin tersulut dan boro-boro bikin kita jadi mikir dua kali, alih-alih malah bikin bertindak asal-asalan yang berdampak buruk kedepannya.

Lalu seberapa penting pikiran positif itu seharusnya jadi bagian dari keseharian kita? Rasanya hampir tidak mungkin bila menjawab itu tidak penting, tapi pada kenyataannya sulit juga meyakinkan orang untuk merubah pandangan hidupnya menjadi lebih positif.

Siapa yang salah?

Pertanyaan inilah yang seringnya menggiring kebanyakan orang untuk cenderung menyalahkan orang lain. Terkadang kita membiarkan diri kira tersandra oleh situasi dan ketika hampir tenggelam, kita justru menyalahkan orang lain atas situasi yang sedang kita hadapi. Lalu solusinya, bagaimana bila kita rubah perspektifsiapa yang salah?menjadiapa yang telah saya lakukan?

Gara-gara kereta telat makanya sampe kantor terlambat dan kena marah atasan?. Ketika kita terhimpit masalah dan orang lain terkena dampaknya, seringkali kita merasa diri tetap benar karena penyebab masalah tidak datang dari kita, sayangnya menyalahkan tak pernah memberi solusi tapi justru memperparah keadaan dan membuat kita kehilangan kepercayaan, lebih baik lakukanlah penyelesaian dari masalah utama, antisipasi masalah itu, bila kita mulai bisa menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang sering timbul, maka kita akan terhindar dari jebakan-jebakan masalah. Terlambat sampai kantor tadi misalnya, supaya selalu tepat waktu kenapa kita tidak memilih untuk berangkat lebih awal sehingga ada jeda waktu dari waktu kedatangan dan jam mulai kantor? kebiasaan menyalahkan tidak akan membuat kita menjadi seorang yang tangguh, tapi menjadikan kita seorang yang mudah menyerah pada situasi... maka itu taklukan situasi, jangan memberikan kendali diri pada situasi.

Kenali latar belakangnya

Seringkali kita risih dengan “pertanyaan-penuh-penasaran” dari orang lain terhadap kita, terutama hal-hal pribadi yang tersamar dan seolah-olah boleh menjadi hal publik, atau merasa menjadi korban-atas-suatu-perlakuan-tidak-menyenangkan, hal-hal seperti itu yang memaksa kita juga untuk selalu bertanya siapa-yang-salah (seperti pada poin di atas).

Sifat dan sikap setiap individu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat dia berada, tingkat intelektual, serta kebiasaannya sehari-hari. Cobalah berpikir ulang untuk menjadi over sensitive ketika mendengar kalimat-kalimat asal nyeplos yang keluar dari mulut seseorang, dengan mengenali latar belakang dari pertanyaannya carilah cara yang cerdas untuk menghadapinya, tidak perlu offensive, sikapilah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban-jawaban yang bersahabat dan mampu merubah sudut pandang orang tersebut menjadi lebih positif. Dapat dua nilai plus kan?

Empati atau Simpati?

Seberapapun menyebalkan seseorang, coba posisikan diri kita sebagai orang tersebut dalam menghadapi masalah sehingga kita tahu seberapa sulitnya posisi orang tersebut, dan lebih memahami karena ada ilustrasi singkat yang melintas di kepala tentang apa yang diri sendiri akan lakukan di situasi tertentu. Tidak berarti harus mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan banyak mengalah, cobalah untuk mencapai tujuan dengan cara yang baik dan tidak memanfaatkan kesempatan untuk menjatuhkan orang lain.

Berpikir positif akan membuat kita selalu bersikap positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun