Dalam era globalisasi yang semakin terhubung, perjalanan ke desa seringkali menjadi momen yang memperlihatkan konflik antara tradisi dan modernitas. Desa-desa di seluruh dunia memiliki karakteristik unik & perjalanan ke sana dapat memberikan wawasan mendalam tentang dinamika sosial, ekonomi & budaya.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana perjalanan ke desa dapat mengungkapkan ketegangan antara nilai-nilai tradisional yang masih kuat sampai sekarang. Desa Buntu adalah komunitas yang hidup yang terletak di tengah-tengah tanaman hijau subur & perbukitan. Hal ini diakui untuk keragaman agama, di mana orang-orang dari berbagai agama hidup berdampingan secara harmonis. Kunjungan kami berlangsung dari tanggal 4 sampai 8 Maret.Â
Perjalanan kami dimulai di sekolah. Kami pertama kali berkumpul pukul 8 malam sebelum kami naik bus untuk dibawa ke pedesaan selama 8 jam.Â
Saya memiliki satu tujuan; untuk membuat artikel analisis & untuk mengaitkan dengan sebuah teori sosiologi.
Pada pagi hari kami sampai di Desa Buntu, kami disambut oleh penduduk setempat dengan parade dengan kami ikut berjalan dengan merekanya. Salah satu komunitas yang dari parade Desa Buntu merupakan sebuah geng motor yang bernama "Geng Motor Doyong" dengan seragam baju lengan panjang bernuansa merah cerah.
Saya melakukan wawancara dengan orang tua asuh, penduduk desa & pemerintah setempat. Saya bertanya tentang tradisi yang telah diwariskan di desa sampai sekarang. Dengan adanya Geng Motor Doyong yang sudah ada sejak dahulu, ini dapat dikaitkan sebagai bagian mores karena adalah norma yang berhubungan dengan nilai-nilai moral & sosial dalam masyarakat. Geng motor yang baik dapat memiliki dampak positif pada masyarakat sekitar.Â
Misalnya, mereka mungkin terlibat dalam kegiatan amal, membantu anggota masyarakat yang membutuhkan, atau mempromosikan keselamatan berkendara. Dalam hal ini, mereka dapat dipandang sebagai bagian dari mores karena mereka membantu menetapkan standar perilaku yang diharapkan & dihargai dalam masyarakat.Â
Ternyata, ada sebuah komunitas pemotor yang terdiri dari hampir 30 anggota, masing-masing berasal dari latar belakang yang berbeda. Mereka ada Geng Motor Doyong. Nama "Doyong" berarti condong; miring; hampir roboh karena motor-motor sudah lama beraksi sampai kelihatannya hampir mau rusak. Walaupun anggota mereka berasal dari latar belakang yang luas & beragam, mereka dapat menjaga keharmonisan komunitas pemotor Geng Motor Doyong yang dapat dikaitkan dengan teori Mac Iver.
Teori Mac Iver tentang komunitas menekankan pada konsep sentiment community, yang terdiri dari unsur-unsur seperti seperasaan, sepenanggungan & saling memerlukan. Dalam konteks masyarakat, ini berarti bahwa anggota komunitas memiliki kesadaran akan peranan & tanggung jawab mereka dalam kelompok, serta ketergantungan terhadap satu sama lain, baik secara fisik maupun psikis.
Seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dalam komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dikarenakan adanya kesamaan kepentingan. Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan & tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya. Unsur saling memerlukan diartikan ketergantungan terhadap komunitas maupun psikis.
Komunitas juga didefinisikan oleh Mac Iver sebagai persekutuan hidup atau paguyuban yang didasarkan pada lokalitas & sentimen bersama. Ini mencerminkan bagaimana komunitas dibentuk tidak hanya oleh kedekatan geografis tetapi juga oleh ikatan emosional & sosial yang menghubungkan anggotanya.