Sedang tidak baik, aku ingat saat semua masih lancar menjalankan aktivitas seperti biasa. Anak kecil yang ada di komplek rumah setiap sore bersepeda sambil disuapi makan, mall yang ramai pengunjung, dan tidak ada aturan perihal menjaga jarak. Aku juga ingat bagaimana dapat saling bercengkrama dan membaur duduk di resto tanpa harus memberi jarak satu meter.
Saat itu aku sedang mengikuti ujian akhir sekolah, setiap pagi sebelum dimulai, kepala sekolah terus memberikan sambutan disisipkan dengan kabar yang tengah ramai, virus. Baru beberapa hari ujian dimulai, terbitlah berita dimedia eletronik yang mengatakan bahwa kegiatan sekolah diliburkan sementara, dua minggu. Astaga senang bukan main, kapan lagi bisa istirahat dengan tenang. Rebahan, menonton film, hingga membuat dalgona.
Tapi, terlalu lama beristirahat membuatku jenuh. Tidak hanya jenuh dengan istirahat, tapi juga aku bosan dengan liburan yang terus diperpanjang. Rindu duduk dibangku kantin saat jam istirahat, tidur di kelas saat jam kosong, dan langsung pulang untuk menghindari yang namanya piket. Rasanya menyedihkan didetik-detik akhir sekolah justru muncul dinding penghalang. Semua rencana yang sudah disusun matang-matang harus disimpan, dan harus dikesampingkan. Â
Sekarang kegiatan yang aku lakukan selain bersekolah secara daring adalah membayangkan hari esok dapat berkumpul dan menjalankan aktivitas normal, aktivitas seperti dulu tanpa ada sekat penghalang. Astaga, halu yang aku buat semakin menjadi-jadi, padahal kenyataan sama sekali sedang tidak baik.Â
Cepat pulih kondisi, aku merasakan rindu yang semakin berat.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI