Mohon tunggu...
Hervina Andriani
Hervina Andriani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

lihat, dengar, rasa >> berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Surat Cinta untuk PT KAI Comutter Jabodetabek

14 April 2013   23:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:11 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1365974102164532859

[caption id="attachment_254766" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Admin (Robjanuar)"][/caption] Tulisan saya kali ini masih seputar transportasi kereta. Anggap saja tulisan ini lanjutan dari tulisan sebelumnya "Jadwal Kereta Baru Bikin Rajin Bangun Pagi, tapi Malas Pulang". Sebagai salah satu penumpang kereta yang merasakan manis pahitnya perjalanan dengan kereta, rasanya saya ingin berbagi kembali untuk peningkatan mutu transportasi kereta. Layaknya kemacetan jalanan, ledakan penumpang kereta pun terjadi di waktu-waktu yang spesial seperti pagi hari saat para pekerja ibukota datang dari berbagai daerah ibukota itu sendiri dan daerah sekitarnya. Lalu, kembali terjadi di sore hari saat pekerja pulang untuk bertemu keluarga dan beristirahat. Jika Anda salah satu penumpang kereta, tentunya Anda pernah mengalaminya sendiri. Namun, jika Anda sekedar membaca dari media, semoga tulisan ini juga memberikan gambaran kepada Anda bagaimana padatnya peron di jam sibuk. Dan satu hal lagi, brutalnya orang-orang berpakaian rapi. Mungkin terlalu berlebihan diksi brutal ini, tetapi jauh dari keharmonisan pula. Berpatokan pada rute yang saya lalui, yaitu Tangerang-Sudirman, saya harap beberapa hal yang saya sampaikan ini mendapat perhatian dari PT KAI Comutter Jabodetabek. Sistem transitan yang sudah dimulai dari beberapa waktu lalu, membuat ledakan penumpang ketika sampai di Stasiun Tanah Abang. Penumpang Tangerang yang sudah lebih dahulu transit di Stasiun Duri saja sudah cukup memenuhi kereta, masih harus ditambah penumpang Serpong. Kereta transit yang sudah berjubel pun masih harus didesak-desak. Adu mulut antara penumpang pun seringkali terdengar. Kereta tambahan Angke-Manggarai sepertinya dapat mengatasi ledakan penumpang seperti ini, cukup di jam sibuk saja. Ledakan lain juga terjadi di stasiun terbaik yang pernah saya lihat dalam lintasan perjalanan yang cukup singkat, yaitu Stasiun Sudirman. Hampir semua penumpang turun di stasiun ini. Ketika sampai tujuan, tentulah para pekerja ingin segera berhamburan keluar kereta dan melanjutkan perjalanan ke tempat kerjanya masing-masing. Waktu yang begitu singkat (saya tidak pernah menghitung pastinya), tetapi begitu banyak penumpang yang turun. Peron yang terbatas rupanya tidak dapat menampung semua penumpang yang turun. Penumpang saling berebutan keluar duluan. Pada saat berebutan itu akan ada waktu yang terbuang begitu saja karena tidak ada satupun yang bisa turun, barulah kelompok yang lebih kuat akan keluar duluan, begitu seterusnya. Hal ini dapat Anda lihat sendiri dari luar kereta, misalnya ketika berdiri di eskalator. Mungkin terlintas di pikiran Anda, mengapa penumpang keluar tidak antri saja? Waktu berhenti kereta begitu singkat. Dan alasan lainnya, ini merupakan salah satu alasan saya, sebagai penumpang saya takut terjepit pintu kereta yang tiba-tiba menutup. Seolah terjepit pintu kereta bukanlah hal aneh, walaupun hal ini amat sangat tidak diharapkan. Penumpang pernah mengalami, petugas peron pun pernah. Bahkan keadaan menjadi lebih parah ketika turun dari kereta ekonomi. Suatu kali saya turun di kereta ekonomi yang tanpa saya sadari mulai berjalan. Penumpang-penumpang lain di belakang saya berjatuhan karena tubuh menjadi tidak seimbang, bahkan ada juga penumpang yang harus rela turun di stasiun berikutnya. Mengapa hal ini masih terus terjadi? Usulan saya berikutnya pastilah usulan yang sudah sering terdengar. Pertama, waktu berhenti kereta di stasiun tujuan ramai seperti Stasiun Sudirman lebih lama. Kedua, memasang sensor pada setiap pintu kereta. Tentu usulan kedua memakan biaya yang banyak. Namun, usulan pertama sepertinya lebih masuk akal untuk dilakukan. Semoga saja usulan ini akan menjadi nyata suatu saat nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun