Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Otak dan Memori: Apakah Kita ini Sama dengan Manusia di Ribuan Tahun Lalu?

25 November 2014   01:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan manusia dari waktu ke waktu tetap selalu menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Manusia berusaha untuk membenahi kehidupannya menjadi lebih baik. Hal ini didukung oleh otak sebagai sumber daya bagi manusia untuk mencapai tujuannya tersebut. Lalu, apakah kita yang hidup di jaman ini memiliki kemampuan berpikir yang sama dengan manusia yang hidup ribuan tahun yang lalu? Ada sesuatu yang unik ketika kita menghubungkannya dengan memori. Otak adalah sebuah wadah memori yang akan memperlancar kita dalam bertindak, menentukan pilihan, hingga berpikir logis.

Memori berperan penting. Mudahnya, ketika belajar, kita dipandu untuk memahami sesuatu. Masih ingat saat kita belajar membaca, menulis, dan berhitung? Orang tua dan guru kita berusaha untuk memasukkan ide, tehnik, dan konsep ke dalam otak kita. Otak kita menyimpannya seperti chip yang di dalamnya terdapat berbagai data. Ketika dihadapkan pada suatu masalah, otak kita memanggil ruang memori untuk menghadapinya. Informasi pada memori itu dapat dipanggil dari hasil pengalaman dan proses belajar.

Internal dan Eksternal

Apakah kemampuan memori kita sama dengan manusia berabad-abad lalu? Mungkin saja sama. Joshua Foer dalam bukunya "Moonwalking with Einstein" mengatakan bahwa mereka sama. Kemampuan memori tampak sangat diakui adalah ketika manusia mulai menggambar di gua dan membuat relief. Kegiatan ini adalah proses pendokumentasian. Dokumentasi dilakukan untuk kebutuhan visualisasi informasi.

Transformasi informasi awalnya dilakukan dengan memaksimalkan memori internal. Pelestarian informasi dilakukan dengan membutuhkan pemilik memori yang lain. Hal ini bisa kita temukan pada cerita rakyat, adat istiadat,dan warisan budaya yang turun-temurun lestari hingga kita. Nenek moyang melakukan pelestarian memori,yang biasanya dikatakan "dari mulut ke mulut". Setelah manusia menggunakan tulisan,mereka telah menciptakan memori eksternal. Kita dapat mengetahuinya pada museum dan pusat arsip negara.

Pada abad modern ini, sepertinya kita lebih maksimalkan memori eksternal. Kita makin sering menemui buku-buku menarik, transkrip pidato,hingga kronologi dan lini masa di media sosial yang bisa kita panggil kapanpun saat rindu masa-masa indah saat itu. Semakin banyaknya produktifitas dan kreatifitas oleh manusia saat ini membuat otak perlu difasilitasi secara eksternal, sehingga kita bisa menyerap lebih banyak informasi.

Memori menjadi indikator seberapa besar kemajuan kita. Manusia purba belum bisa mengerti banyak selain unsur-unsur alam karena seperti itu kehidupan yang mereka alami. Dalam perkembangannya, mereka berusaha menemukan sesuatu. Pengalamannya semakin bertambah. Semakin banyak memori yang dimiliki. Setiap aktivitas itu berkembang terus bersama dengan banyaknya memori yang disimpan. Keingintahuan membuat manusia semakin kreatif dengan memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki, khususnya berpikir sampai membentuk peradaban.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun