Sejarah sepak bola di Negara Inggris sangatlah panjang dan penuh pengalaman, tidaklah salah kalau dijadikan sebagai pembanding atau indikator dalam menilai dan membuat segala sesuatu yang menyangkut sepak bola. Baik dari segi manajemen sepak bola, tata kelola Liga dan sikap Profesional yang dipegang teguh oleh baik pengurus Klub, pemain, wasit dan Penyelenggara pertandingan. Semua stakeholders mempunyai satu komitmen yang sama, untuk tetap dipegang teguh dalam usaha mencapai sebuah kemajuan dan perkembangan sepak bola, agar bisa lebih baik lagi dari tahun ke tahun, karena sepak bola di Negara Inggris tersebut sudah jadi Bisnis Industri, yang bisa mendatangkan keuntungan, dan satu alternatif bagi Investor untuk masuk menanamkan modalnya.
Ambil saja satu contoh yaitu dalam menyelenggarakan liga sepak bola di Inggris, yang sekarang disebut dengan nama Liga Utama Inggris (Â Premier League), sebelumnya disebut dengan F.A. Premier League, adalah sebuah kompetisi liga sepak bola profesional di Inggris, yang merupakan kompetisi antarklub di strata tertinggi, setelah mendapat dukungan sponsor dari Barclays Bank sehingga nama resminya menjadi Barclays Premier League. Di luar Inggris Raya, biasa disebut dengan English Premier League. Awal berdirinya bermula dari Pada penutupan musim 1991-92, sebuah proposal untuk membentuk liga baru dibuat yang diperkirakan akan menghasilkan lebih banyak pendapatan, kalau dikelola secara badan usaha dan lepas dari Asosiaso Sepak bola Inggris (FA ). Perjanjian anggota pendiri yang ditandatangani pada tanggal 17 Juli 1991 oleh 5 klub peringkat teratas, menetapkan prinsip dasar untuk mengatur FA Premier League. Pembentukan divisi teratas yang baru ini akan memiliki otoritas komersial tersendiri terlepas dari Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) dan Liga Sepak Bola (The Football League), serta memberikan lisensi kepada FA Premier League untuk menegosiasikan sendiri masalah hak siar dan kesepakatan sponsor. Argumen yang diberikan pada saat itu adalah bahwa pendapatan ekstra akan memungkinkan klub Inggris untuk bersaing dengan tim di seluruh Eropa.
Liga Primer dioperasikan sebagai perusahaan dengan nama The Football Association Premier League Limited dan dimiliki oleh 20 klub anggota. Setiap klub adalah pemegang saham, dengan masing-masing sebanyak satu suara untuk membahas pada masalah seperti perubahan aturan dan kontrak. Klub-klub memilih ketua, kepala eksekutif, dan dewan direksi untuk mengawasi kegiatan operasional harian liga.
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) tidak terlibat langsung pada operasional harian dari Liga Primer, namun memiliki hak veto sebagai pemegang saham khusus dalam pemilihan ketua dan kepala eksekutif dan ketika mengadopsi aturan baru oleh liga.
Sekarang kalau dibandingkan dengan Indonesia dan PSSI sebagai Federasi dan PT. Liga Indonesia sebagai operator penyelenggara kompetisi sepak bola di strata tertinggi di Indonesia. Sebagai mana diketahui PT. LI adalah sebuah perusahaan, sama dengan posisi The Football Association Premier League Limited, kalau di Inggris. Bedanya kalau di PT. Liga Indonesia, kepemilikan saham sejumlah 99% adalah Klub peserta Liga Indonesia, dan PSSI hanya memiliki  sebesar 1% saja. Kalau di Inggris PSSI-nya Inggris atau Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), memiliki hak veto sebagai pemegang saham khusus dalam pemilihan ketua dan kepala eksekutif dan ketika mengadopsi aturan baru oleh liga.Di Indonesia PSSI hanya sebatas pemegang saham saja, karena pernah PT. LI mengadakan Rapat Pemegang Saham Luar Biasa, malah PSSI sendiri tidak di undang, dengan alasan PSSI cuma memegang saham 1 % saja. Begitu juga dalam pemilihan CEO-nya PT. LI, hanya diputuskan oleh para pemegang saham saja dalam hal ini Klub peserta Kompetisi Liga Indonesia, dengan alasan yang sama. Padahal di Inggris, Federasi malah punya hak veto.
Di Negara Inggris Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) tidak terlibat langsung pada operasional harian dari Liga Primer, kalau di Indonesia malah ada jabatan rangkap, Sekjen PSSI adalah juga CEO nya PT. Liga Indonesia, bagaimana bisa lepas, dari tidak terlibat langsung pada operasional harian dari Liga Indonesia? Padahal di Negara Inggris yang sudah berpengalaman sangat lama membatasi keterlibatan langsung asosiasi Federasi dengan Operator Liga Primer.
Yang sekarang terjadi di sepak bola Indonesia adalah tidak adanya sebuah garis merah yang jadi pemisah antara kewenangan PSSI sebagai Federasi dengan PT. LI sebagai operator Liga (amburadul, campur aduk). Akibatnya susah untuk mengharapkan PT. LI bisa berdiri sendiri, dan terlepas dari ketergantungan pada PSSI. Sehingga akibatnya terlihat dengan jelas terang benderang bahwa PT. LI tidak pernah lebih baik dan lebik baik lagi kualitas manajemennya dalam mengatur dan memutar roda kompetisi, dari musim ke musim. Faktanya yang paling dekat dan nyata adalah ketika Verifikasi Klub peserta kompetisi srata tertinggi sepak bola Indonesia dilakukan, sebagai syarat untuk sebuah KLub lolos ikut berkompetisi, di samping sebagai standar sebuah Klub yang profesional, dan siap dari semua segi untuk menjalankan sebuah Kompetisi resmi di Liga Indonesia. Ini semua sudah ada aturan yang dibuat oleh AFC dan pada kenyataannya PSSI atau PT. LI tidak melaksanakan verifikasi itu, sesuai aturan dari AFC dan membuat aturan sendiri yang penuh ketidakpastian penerapan aturan dan hukum. Padahal aturan dari AFC sudah sejak tahun 2008, memberi kesempatan pada PSSI untuk melakukan Verifikasi sesuai standar AFC. Nyatanya apa yang dilakukan oleh PSSI dan PT. LI saat musim kompetisi 2014 ini, serba tidak jelas, abu-abu dan inkonsistensi.
Kelemahan kewenangan PSSI dalam sepak bola Indonesia adalah, tidak jelas sejauh mana peran dan kewenangan PSSI sebagai Induk Organisasi sepakbola di Indonesia ,dan PT. Liga Indonesia sebagai perusahaan pengelola kompetisi. Karena aturan hukumnya sendiri tidak jelas dan tegas mengenai semua itu. Sehingga akibatnya susah membedakan tugas PSSI dan tugas PT. LI dan sebagai sebagainya, seperti yang sering terlihat dan dibaca di media media selama ini.
Sebaiknya kalau memang ada niat dari lubuk hati yang paling dalam, yang ada di semua pengurus PSSI, lebihbaik mengambil pelajaran serta jadikan sebagai contoh, tata kelola Federasi dan operator penyelenggara seperti yang ada di Negara Inggris, lebih jelas dan tegas.
Salam Garuda Ku Bukan Burung Perkutut.
Highlight dan Trending Articles  tanggal 18 Pebruari 2014..