Terjawab juga alasan kenapa Klub sepakbola dari Negara Jerman Klub Hamburg,bersedia datang ke Indonesia,dan menurut rencana akan berhadapan dengan Klub Indonesia  Arema Cronous,( sekarang lebih sering memakai nama Arema Indonesia ),pada Senin (6/1) di Stadion Kanjuruhan, Malang.Sebagaimana yang dikatakan pelatihnya,dilansir Sky Sports, Jumat (3/1) petang waktu setempat, Klub Hamburg dikabarkan bakal mendapat dana segar sebesar 500 ribu euro (sekitar rp 8 miliar) dari dua hari lawatannya ke Indonesia."Bagaimana pun ini juga bagian dari permainan. Klub membutuhkan uang,"
Pelatih Klub Hamburg ,Bert van Marwijk ternyata tidak senang dengan keputusan manajemen, terkait tur ke Indonesia melawan Klub Arema Indonesia,karena akan sangat menguras tenaga anak-anak asuhnya, mengingat jauhnya jarak tempuh. Walaupun tidak sepakat dengan keputusan Manajemen Klub,sudah menjadi tugas pelatih yang Profesional, untuk mempersiapkan pemain pemain agar tetap menampilkan permainan terbaiknya.Setelah melakoni laga uji coba dengam Klub Arema Indonesia,selanjutnya Klub Hamburg akan ke Abu Dhabi,akan langsung menjalani pemusatan latihan.
"Tidak penting. Tapi kami akan berusaha optimal," Van Marwijk mengungkapkan. Pelatih berusia 61 tahun tersebut menyadari bahwa manajemen akan mendapatkan keuntungan finansial dari perjalanan ke Indonesia".Ujar Pelatih Klub Hamburg.Van Marwijk sebenarnya lebih senang Klub Hamburg lebih  fokus untuk mematangkan permainan tim, ketimbang melakukan tur. Apalagi, Hamburg saat ini masih tercecet di peringkat 14 klasemen Bundesliga dengan torehan 16 poin.Hamburg berada dalam kondisi genting, karena hanya unggul dua poin dari SC Freiburg yang menempati zona merah. "Kami belum mendapatkan poin yang kami inginkan. Kami harus bekerja lebih keras untuk itu," ujarnya.
Terjadi nya perbedaan pendapat antar Manajemen dengan pelaksana di lapangan,adalah masalah normal dan biasa dan  sering terjadi di bidang dan sektor manapun.Tapi itu semua akan bisa di pahami dan saling mengerti akan tugas dan tanggungjawab masing masing,yang penting ada sebuah solusi yang mendatangkan sebuah terobosan untuk lebih maju dan berkembang.Di sepakbola Indonesia,mungkin apa yang dikatakan oleh pelatih Klub Hamburg ini,masih terdengar langka dan tabu,karena pelatih harus di wajibkan tunduk dan patuh kepada Manajemen, dan jarang sekali terjadi sebuah perbedaan di bawa ke ranah Publik.Pelajaran yang sangat ber harga yang didapat dari sikap pelatih Klub Hamburg ini,saling menghargai setiap perbedaan pendapat di antara petinggi petinggi Klub,namun juga sebaliknya,saling mengerti akan tugas dan tanggungjawab masing masing masing.Sikap Profesional yang sudah dianut dan dijalankan oleh Pelatih dan Manajemen Klub Hamburg  lah yang mendasari semua ini bisa dilakukan,karena mereka mereka  sudah memahami dan sangat mengerti akan artinya beda pendapat.
Memang tidak lah mudah,membudayakan sebuah sikap  keterbukaan yang diperlihatkan oleh pelatih Klub Hamburg ini,butuh sebuah keberanian dan karakter dengan kepercayaan diri yang tinggi, untuk bisa mengatakan apa yang ada dalam hati dengan jujur dan terbuka.Keterbukaan dalam informasi dan keterbukaan mengatakan isi hati dengan jujur, saat ini di Negara Indonesia merupakan sebuah hal yang sangat langka,walaupun di Indonesia sekarang dikatakan, era Informasi dan tranparansi sudah berjalan di dalam Masyarakat,sejak reformasi demokrasi di gulirkan pada tahun 1998.Dengan sikap saling terbuka dalam menata kelola Manajemen, adalah sangat penting,untuk membiasakan menerima dan memahami beda pendapat,guna untuk sebuah kebaikan dan kemajuan di semua sektor dan lingkup kehidupan.
Inilah yang di dapat dan dijadikan pengalaman dari sebuah pernyataan pelatih Klub Hamburg,menghadirkan sebuah sikap yang bernilai tinggi dan dilakukan dengan sikap dan karakter yang keluar dari Hati dan Jujur..Patut untuk di cermati..
Semoga ada nanti waktu dan ruang di Negara Indonesia yang mengakomodasi sebuah perbedaan pendapat dijadikan kebiasaan dan mengambil manfaat daripadanya.Dalam konstisusi Negara Indonesia,perbedaan pendapat dan bebas mengemukan pendapat itu sebenarnya sudah di akomodasi,tapi belum dalam tataran strata dan lingkungan Masyarakat Indonesia di dalam hidup sehari hari..
Salam Garuda Ku Bukan Burung Perkutut.
Highlight Tanggal, 04 Januari 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H