[caption caption="beritadewata.com/img_berita/2079.jpg"][/caption]Kadang Alam semesta ini punya cara untuk mengingatkan manusia dengan cara sesuai dengan keadaan dan kondisi di saat itu, Partai Golkar yang sekarang dalam keadaan kacau dan terjadi perpecahan internal, sebenarnya sudah ada tanda tanda dari Alam.
Tepat pada tanggal 30 September 2014, (bertepatan pada hari gerakan G30S, zaman dulu), Hari Minggu dimana saat akan diadakan Musyawarah Nasional Golkar di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, sebuah pohon beringin yang selama ini dikenal sebagai lambang dari partai Golkar tumbang.Pohon beringin tumbang setelah malamnya diterpa angin kencang dan ribut. Sekarang Partai Golkar cenderung juga mengarah akan bubar jalan, karena konflik internal.
Memang sih kalau di hubung hubungkan bisa juga,tapi sudah sering kejadian di banyak tepat dan waktu, di mana alam memberi tanda awal pada manusia, untuk lebih mawas diri dan intropeksi diri dari semua apa yang sudah dikerjakan selama ini .Sekarang apa yang terjadi, Partai Golongan Karya sedang dalam masalah besar, kalau tidak dikelola dengan tindakan yang tepat, bisa bisa Partai Golongan Karya hanya tinggal kenangan dan sejarah masa lalu.bubar teratur.
Masalah timbul dan muncul di tubuh Partai Golongan Karya pada saat ini, seakan akan tidak bisa di hindarkan, mengalir saja, entah apa sebab musababnya, yang jelas, terlihat yang muncul ke permukaan adalah saling bertahan dengan ego masing masing dari kelompok/kubu atau faksi faksi yang ada dalam Partai Golongan Karya.Saling mengklaim kubu merekalah yang sah dan pantas sebagai pemimpin Partai Golkar, serta punya banyak dukungan dari selurah daerah di Indonesia.
Kegagalam Parta Golkar di tandai dengan sikap dan posisi Partai Golongan Karya yang saat Pemiu Presiden tahun 2014 memutuskan bergabung dengan Partai Garindra, ikut dalam Koalisi Merah Putih dan hasil nya kalah lawan Koalisi Indonesia Hebat, yang mencalonkan Jokowi dan Yusuf Kalla. Kemudian Partai Golongan Karya tidak punya calon Presiden atau calon wakil Presiden yang siap di majukan, lantaran tidak yakin akan elaktabilitas kader yang dimiliki, bisa menyaingi Jokowi dan Prabowo. Dilanjutkan banyak muncul penolakan pada tokoh Aburizal Bakrie atau Ical, karena mencalonkan diri kembali sebagai Ketua Partai Golangan Karya,saat akan diadakan Munas di Bali, 30 September 2014.
Dulu, Presiden Soeharto yang merupakan ‘pemilik tunggal’ pohon beringin selama 32 tahun, sanggup mempertahankan kokohnya Pohon beringin yang tinggi dan angkuh. Daunnya tak lebat tapi rampak memenuhi jagad. Batangnya adalah belit-kait akar yang saling mencengkeram. Tidak pernah terjadi masalah apapun dalam perjalanan ber politik dan sebagai lambang dari Partai Golkar. Walaupun sering kali angin kencang dan hujan lebat turun dengan tidak henti hentinya menerpa, pohon beringin tetap tegar dan tetap tegak berdiri pada akar yang kuat dan dalam menancap ke perut bumi.
Sekarang Partai Golkar sudah seperti perahu yang bocor di sana sini, sehingga perlu bantuan dari para sesepuh yang masih dianggap punya kekuatan untuk bisa menyelamatkan Partai Golkar. Wapres Yusuf Kalla, Mantan Presiden Habibie, disambangi untuk meminta pecerahan dan jalan keluar yang bisa di lakukan agar Partai Golkar kembali bersatu dan kompak.
Dalam keadaan yang tidak jelas legitimasi nya, Partai Golkar yang sekarang dalam keadaan demisioner, karena masa kepengurusan Munas Riau sudah habis masa kerja dan tugasnya. Tidak ada satu alasan pun yang di miliki oleh kubu kubu yang sedang berseteru mengatakan sah secara hukum untuk memimpin Partai Golongan Karya.
Awalnya kubu Aburizal Bakrie (ARB) merasa paling yakin dengan kepemilikan terhadap ‘pohon beringin’. Dia mengadakan musyawarah nasional (Munas) di Bali. Namun kemudian kubu Agung Laksono (AL) mengadakan Munas di Ancol yang kemudian mendapat pengesahan dari Kemenkumham. Karena tak senang, ARB menuntut di PTUN Jakarta yang kemudian mengabulkan permintaannya. Nah, kini kedua kubu memegang dua pedang. ARB pegang keputusan hakim PTUN, AL pegang surat Kemenkum HAM. Lalu, pedang siapa yang paling tajam.
Saat nya sekarang Partai Golkar,menanam kembali pohon beringin mulai dari bibit unggul dan muda,dan di tanam pada tempat yang tepat dan subur,sehingga perlu sebuah keikhlasan dan membuang jauh jauh rasa ego dari masing masing kubu,kalau masih juga menghendaki pohon beringin eksis sebagai sebuah Partai yang pernah berkuasa selama 32 tahun di Negara Indonesia.
Kalau saja di saat ada tanda tanda Alam ,di sikapi dengan cara intropeksi diri secara adil dan jujur,maka Ical tidak akan punya kesempatan memimpin Partai Golkar kembali, dan tidak akan terjadi konflik yang sudah diambang kehancuran. Tapi memang namanya manusia,tentulah sifat haus dan tamak akan kekuasaan sejak dari zaman nabi Adam sudah terjadi. Hanya kearifan dan ke imanan lah yang akan menjadi filter untuk tetap bisa menguasai semua jenis nafsu yang melekat pada makhluk manusia.