Mohon tunggu...
Avila Dwiputra
Avila Dwiputra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Pluralis, independen, blues music lover!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

LPI Salah, Emang LSI Kagak?

14 Januari 2011   08:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:36 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Heran! Itulah perasaan saya saat membaca berita di salah satu media olahraga. Di sana dikatakan bahwa Liga Primer Indonesia (LPI) banyak melanggar peraturan atau Statuta FIFA, salah satunya tentang pelarangan seorang atau lebih memegang banyak klub. Hal ini tercantum di Artikel 18.2 Statuta FIFA. Karena bila seorang memegang banyak klub dapat mempengaruhi integritas dari sebuah kompetisi.

Hubungan dengan LPI adalah konsorsium LPI memang memberi subsidi kepada klub-klub yang b ergabung dengan kompetisi mereka, dan memang hal ini jelas melanggar aturan FIFA tersebut. Hal yang sama pernah dialami oleh Roman Abramovich, sang pemilik Chelsea, saat memiliki saham di dua klub berbeda, Chelsea dan CSKA Moskow. Saat itu UEFA mengultimatun Abramovich agar melepas status kepemilikan di salah satu klub, agar bila nantinya Chelsea atau CSKA bertemu di kompetisi Eropa, tidak ada konflik kepentingan. Dan akhirnya sang pengusaha minyak memilih Chelsea.

Saya akui, LPI memang melanggar aturan FIFA. Tapi, bukankah Liga Super Indonesia (LSI) atau dalam hal ini PSSI, juga sering melanggar aturan main dari federasi sepakbola dunia tersebut? Yang paling jelas adalah, FIFA telah melarang seorang tahanan atau mantan narapidana menjadi ketua umum di suatu federasi sepakbola. Kenyataannya, sejak di balik jeruji besi, Nurdin Halid bisa leluasa mengatur kegiatan organisasi tersebut. Dan tetap bertahan di kursinya hingga kini!

Satu lagi bila LSI juga melanggar aturan FIFA, bukankah FIFA secara terang-terangan melarang dana pemerintah digunakan dalam menjalankan sebuah klub? Tapi, nyatanya bukan hanya aturan FIFA yang diterabas oleh sebagian klub di Indonesia, tapi juga Undang-Undang pemerintah! Ya, setiap klub menggunakan dana APBD alias dana pemerintah alias uang rakyat!

Saya tidak membela siapapun dalam kasus ini, dalam hal ini LPI dan LSI, hanya sekedar mengingatkan bahwa sepakbola kita sudah semakin parah. Saya orang yang taat hukum, dan paling tidak suka melihat sebuah pelanggaran. Tapi, bila suatu orang atau organisasi membuat peraturan dan kemudian mereka langgar sendiri, apakah pantas? Saya hanya ingin mengingatkan bahwa LSI sebagai sebuah kompetisi yang diakui FIFA, juga tidak lepas dari pelanggaran aturan.

Bila memang ingin mengkritik LPI, bersihkan dulu PSSI! Karena LPI hadir untuk mengingatkan PSSI, bukan untuk menantang! Agar PSSI berbenah dan lebih maju lagi.

Omong-omong soal kesalahan, bukankah FIFA tidak luput dari kesalahan? Tidakkah mereka sebersih yang kita bayangkan? Kasus suap yang menimpa 2 anggota komite eksekutif FIFA saat voting pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2018 & 2022 menjadi buktinya.

Jadi, LPI memang salah, Lantas membuat LSI menjadi benar? Belum tentu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun