Bagi anda yang berpikir wartawan bisa berbahasa asing, terutama Inggris, harus berpikir ulang. Banyak para jurnalis saat ini yang tidak fasih berbahasa internasional tersebut, khususnya wartawan di media lokal. Hal ini saya dapati saat bertugas meliput Persib Bandung, tim peserta Indonesia Super League serta klub kebangaan Jawa Barat, sang pelatih sendiri adalah orang asing yang bahasa Inggrisnya sangat fasih untuk orang yang bukan berasal dari negara yang bahasa inggris tidak menjadi bahasa sehari-hari, yaitu Kroasia.
Hanya saja, fakta di lapangan berbeda. Ketika mewawancarai sang pelatih, seorang penerjemah berada di dekatnya. Bukan untuk mengartikan bahasa Kroasia tapi Inggris! Bahasa Inggris Drago Mamic, sang pelatih Persib, sangatlah bagus. Dibandingkan kebanyakan pelatih asing lainnya yang ada di Indonesia, terutama yang berasal dari Eropa Timur, bahkan dibandingkan Alfred Riedl,mantan juru taktik timnas merah putih. Namun, tetap saja para wartawan peliput membutuhkan jasa penerjemah.
Ketika beberapa jurnalis mencoba memakai bahasa Inggris, sang pelatih malah tidak mengerti. Karena tata bahasa sang jurnalis yang tidak beraturan. Kekurangan berbahasa asing tidak hanya saya alami saat meliput Persib, ketika kedatangan duta besar atau tamu-tamu asing banyak sekali yang bahasa Inggrisnya berantakan, sehingga mengandalkan rekan wartawan yang memang fasih menggunakan bahasa tersebut. Kekurangan tersebut tidak hanya dialami oleh para jurnalis muda, bahkan jurnalis senior banyak yang tidak lancar berbahasa asing. Ironis, di jaman globalisasi dan dituntut untuk bisa berbahasa asing tanpa melupakan bahasa ibu, masih banyak yang tidak bisa dan hal tersebut dialami oleh wartawan!
Jadi, bila anda masih berpikir bahwa wartawan bisa berbahasa Inggris, mohon dicek ulang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H