Mohon tunggu...
Viky Prasdiansah
Viky Prasdiansah Mohon Tunggu... -

viky prasdiansah

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa dan Kita

20 September 2012   09:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Dan Kita

Ada berbagai macambahasa di dunia ini. Di Negara kitapun, Negara Indonesia ada puluhan, ratusan, bahkan mungkin mencapai ribuan ragam bahasa.Hal ini disebabkan oleh banyaknya suku dan ras yang ada di Negara ini. Berbicara tentang bahasa nasional yaitu bahasa yang mutlak harus dikuasai oleh warga Negara yang tinggal di Negara tersebut. Contohnya di Negara kita Indonesia, apakah semua warga Negara kita sudah lancar dan fasih dalam berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari?. Bahkan para guru bahasa Indonesia di Negara ini kemungkinan besar pada saat di rumah mereka tidak memakai bahasa Indonesia melainkan memakai bahasa daerah masing-masing. Di sekolah-sekolahpun tidak jarang kita jumpai murid-murid yang sedang mengobrol/berbicara dengan guru mereka tidak menggunakan bahasa Indonesia melainkan menggunakan bahasa daerah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia bukanlah bahasa nomor satu melainkan nomor dua, kalah dengan bahasa daerah masing-masing. Bahkan saya rasa pemerintahpun tidak terlalu memikirkan permasalahan ini. Apakah pemerintah sudah membuat undang-undang tentang wajibnya warga Negara Indonesia harus fasih dalam berbahasa Indonesia?. Kalau bahasa nasional (Indonesia) saja kita tidak bisa, bagaimana kita bias melangkah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu bahasa internasional (Inggris)?. Mungkin dalam jangkah beberapa tahun lagi bahasa internasional akan merambah ke Indonesia, sehingga bahasa Indonesia akan mempunyai saingan lagi. Dengan begitu kita sebagai warga Negara Indonesia seharusnya sadar akan hal itu, walaupun dalam beberapa tahun lagi bahasa internasional akan merambah ke Indonesia, kita tidak boleh lupa di mana kita tinggal!kita harus mengusai bahasa nasional Negara kita sendiri,yaitu bahasa Indonesia.

Saya pernah dengar dari teman saya, ada tempat yang di namakan Kampung Inggris yang ada di Pare. Yangmana kalau kita disana, kita harus merogoh kocek sekitar Rp.100.000,00/minggu, dan dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita harus menggunakan bahasa Inggris, misalnya saja pada saat kita melakukan kegiatan jual-beli kita harus menggunakan bahasa Inggris. Dan ada sangsi bila kita menggunakan bahasa selain bahasa Inggris yaitu Rp 1000,00/kata. Bagaimana dengan bahasa Indonesia??????? Apakah ada kampung Indonesia, yang mengharuskan kita warga yang tinggal harus mengunakan bahasa Indonesia dan mendapat sangsi bagi yang tidak menggunakan bahasa Indonesia.

Inilah solusi dari bahasa Indonesia yang sudah di tinggalkan oleh warga Negara kita. Pemerintah seharusnya membuat undang-undang tentang hal ini, tidak perlu merogoh kocek tinggi-tinggi untuk hal itu. Minimal pemerintah membuat “Sehari Berbahasa Indonesia Dalam Seminggu”, mungkin dengan hal yang sedikit itupun lama-kelamaan pasti warga Negara kita ini akan fasih dalam berbahasa Indonesia. Walaupun dalam jangka beberapa bulan ini akan ada “bulan bahasa” yaitu bulan Oktober, akan tetapi saya rasa hal ini tidak akan berpengaruh karena setelah dalam satu bulan, bahasa di nomor satukan dan setelah itu dalam sebelas bulan mungkin akan ditinggalkan atau kita sedikit demi sedikit melupakannya. Dan saya rasa lebih efektif seminggu sekali daripada sebulan dalam setahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun