Waktu berlalu begitu cepat di desa ini, di dunia mimpiku bersama Eliza. Namun, satu pertanyaan selalu menghantui pikiranku: mengapa aku hanya bisa menemuinya di dunia mimpi? Setiap kali aku kembali ke dunia nyata, rasa rindu itu semakin dalam.
Suatu malam, di bawah langit yang dipenuhi bintang, Eliza memandangku dengan serius. "Mungkin ini adalah tempat untuk kita bertemu, tempat di mana kita bisa berbagi kebahagiaan dalam mimpi," katanya, seolah-olah memahami pertanyaan di benakku.
Hari-hari dan malam-malam berlalu, dan setiap saat bersama Eliza menjadi begitu berarti. Desa itu, sungai, hutan, dan danau, semuanya menjadi bagian dari dunia di mana aku menemukan ketenangan dan keindahan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Suatu malam terakhir, Eliza menyentuh tanganku dan berkata, "Walaupun kita harus berpisah lagi, percayalah, di setiap tidurmu, desa ini akan selalu terbuka untukmu. Ingatlah, kebahagiaan yang kau temui di sini adalah kebahagiaan yang ada di dalam dirimu sendiri."
Saat aku membuka mata di dunia nyata, rasa hangat cinta dan kebahagiaan yang Eliza berikan di dalam mimpi tetap bersarang di hatiku. Meski kini hanya tinggal kenangan, desa kecil itu dan gadis mungil di dalam mimpi telah memberi warna indah dalam hidupku. Dan siapa tahu, mungkin di suatu hari, aku akan kembali bertemu dengan mereka di dalam mimpi yang penuh keajaiban
***
Namun, kehidupan nyata terus berjalan, dan aku melangkah maju dengan semua kenangan indah yang Eliza dan desa kecil itu tinggalkan di hatiku. Saat keseharianku dipenuhi rutinitas dan tuntutan hidup, aku selalu membawa setitik kehangatan dari dunia mimpi itu.
Suatu hari, ketika matahari bersinar terang dan awan putih berarak di langit biru, aku memutuskan untuk melakukan perjalanan ke desa kecil yang selalu muncul dalam mimpiku. Aku ingin melihat apakah benar ada kesamaan antara desa itu dalam dunia nyata.
Perjalanan itu membawaku melalui jalan-jalan kecil dan ladang hijau, hingga akhirnya, aku tiba di sebuah desa yang sangat mirip dengan yang selalu muncul dalam mimpiku. Rumah-rumah kayu, bunga-bunga yang bermekaran, dan sungai yang mengalir dengan tenang, semuanya terasa begitu akrab.
Saat aku berjalan-jalan di desa itu, aku bertemu dengan penduduk setempat. Mereka menyambutku dengan ramah, dan aku pun memutuskan untuk mampir di sebuah toko kecil. Ketika aku bertanya tentang desa ini, pemilik toko mengatakan, "Desa ini telah ada selama bertahun-tahun. Kami bangga dengan keindahannya dan kedamaian yang kami rasakan di sini."
Ketika aku menanyakan tentang sungai, hutan, dan danau di sekitar desa, mereka dengan bangga menjelaskan betapa semua elemen alam itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Ini mirip sekali dengan apa yang aku alami dalam mimpi.