Mohon tunggu...
Viktor Saut Hatorangan
Viktor Saut Hatorangan Mohon Tunggu... -

Editor sebuah harian olahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah Gamer Bisa (Lebih) Mengendalikan Mimpi?

28 Desember 2010   05:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:18 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sejak lama para peneliti dunia mencoba mengaitkan pengaruh kegemaran bermain game dengan alam mimpi seseorang. Hipotesa awalnya adalah gamer yang membiasakan diri bermain game sebelum tidur, konon memiliki kesadaran lebih dibandingkan manusia normal pada umumnya (non-gamer) dan seakan bisa “mengendalikan” apa yang mereka alami dalam mimpinya. Jayne Gackenbach, seorang psikolog asal Grant MacEwan Univesity di Kanada, melalui risetnya didapati kemampuan gamer untuk menguasai sebuah game yang digemarinya dapat ditranslasikan ke dalam alam bawah sadarnya saat bermimpi, sehingga bisa menaklukkan sejumlah mimpi buruk dan secara nyata membantu menghilangkan atau mengurangi rasa ketakutan sekelompok orang yang mengalami post-traumatic strees disorder (PSTD), biasanya menimpa para veteran perang.

“Jika setiap harinya seseorang sering menghabiskan waktu berjam-jam dalam dunia virtual seperti game, anggap saja sebagai latihan. Lambat laun dia akan semakin ahli dalam mengendalikan game tersebut, sehingga akhirnya tak jarang pengalaman itu terbawa sampai ke alam mimpi kalian,” ungkap Jayne, yang mulai tertarik dengan penelitian mengenai game sejak tahun 1990-an ketika melihat anaknya begitu menyukai konsol Nintendo yang baru saja dihadiahkan kepadanya.

Meski demikian Jayne berpendapat meski mimpi dan game  sama-sama berwujud realitas aternatif, keduanya memiliki perbedaan konsep. Mimpi muncul secara biologis dari pikiran manusia, sementara game adalah dorongan atau hasrat manusia pada aspek teknologi yang ditawarkan pada komputer maupun konsol game. Memang tema pengendalian mimpi di sini tidak bisa disetarakan dengan apa yang biasa kalian lihat pada film-film Hollywood  seperti misalnya “The Matrix” atau yang terakhir "Inception" , tetapi dalam hal ini bisa memberi harapan bagi mereka yang ingin mengatasi gangguan mimpi buruk atau bahkan trauma psikologis. Guna menopang idenya, Jayne melakukan dua kali pengujian yang dilakukan sejak tahun 2006 lalu, terhadap masyarakat non-gamer dan juga hardcore gamer, baik dalam lingkungan kampus tempat dia mengajar atau melalui online. Hasil pengujian pertama mengindikasikan sebagian besar gamer menyadari apa isi mimpi mereka dan terkadang memposisikan diri mereka sebagai observer (bisa sebagai first-person view ataupun third-person view) dari luar tubuh jasmaninya, dan bisa secara aktif mempengaruhi bahkan mengubah alam mimpi mereka (wow keren!!). Seberapa besar dampak perubahan yang kalian buat, sedikit banyak bergantung pada kualitas pengendalian game yang ditranslasikan dalam mimpi tersebut. Dengan mengecilkan ruang lingkup penelitian pada mimpi gamer di malam sebelum riset kedua, lebih besar lagi presentase terjadinya mimpi seperti di penelitian pertama, namun juga diketahui gamer tidak memiliki kendali atas apapun dalam mimpi selain yang menyangkut diri mereka sendiri.

Di tahun 2008, Jayne kembali mengadakan survei terhadap 98 orang (35 laki-laki dan 63 perempuan), dan menemukan fakta bahwa gamer cenderung lebih agresif saat bermimpi dibandingkan saat kehidupan normal. Dengan kata lain, dalam mimpi buruk sekalipun, gamer bisa mengubahnya menjadi sesuatu yang “FUN”. “Apa yang terjadi dengan para gamer tersebut adalah sesuatu yang sulit dijelaskan telah terjadi. Mereka tidak kabur atau melarikan diri, mereka malah berbalik dan melawannya. Mereka lebih agresif dari sebelumnya,” tandas Jayne, yang merujuk hal ini sebagai kesempatan untuk membantu para veteran perang yang terkena dampak post-traumatic stress disorder (PSTD) setelah pulang dari medan perang. Para psikologis sepakat bahwa mimpi buruk merupakan salah satu penyebab dari PSTD, dimana riset mencatat persentase tinggi (71-96 persen) terjadinya mimpi buruk pada pasien pengidap PSTD, bayangkan dengan skala 3-5 persen di masyarakat umum yang sering mengalami mimpi buruk.

* Ditulis kembali dari gamer society news: Klik.game.com . The Next Level  >>>>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun