Mohon tunggu...
Vikry Pristian
Vikry Pristian Mohon Tunggu... -

Saya dikenal sebagai mahligai kampus yang sangat mempesona. Sifat saya yang jujur dan tutur kata yang lembut membuat saya digandrungi, tidak saja dikalangan mahasiswa itu sendiri, melainkan seluruh jajaran institusi kampus dan para kolega dekat. Paras yang cukup menarik, kadang membuat saya sering dikira sebagai Vino G. Bastian, Vicky Nitinegoro, Betrand Antolin atau Ben Joshua. Saya tak bergeming dan tetap berjalan pada tempat semestinya. Hobi memasakku kadang membuat para ibu2 kesengsem dengan gemulai tangan dan kelentikan jariku dalam mengolah setiap resep masakan dengan gelora dan cita rasa integritas yang tinggi. BRAVO!!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan 1 Tahun Saya Bermain Twitter

24 Januari 2011   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin (23 Jan 2010 - 23 Jan 2011) adalah genap setahun saya ber-Twitter, si dunia burung yang cukup banyak mengubah hidup saya. Bikin saya tambah kaya informasi dan teman, sekaligus bikin pusing karena kebanjiran informasi dan terlalu "autis". :D Selama setahun ini, saya banyak nemuin hal-hal lucu. Tapi yang “lucu” buat saya, belum tentu lucu buat kamu sih. Kalau mau nambahin, silakan.. :D

1. Folbek plis: Fenomena yang menggelikan, haha. Saya jarang meminta di-folbek, malu dong nanti di-cap newbie atau 4L4Y. :D Karena INGATLAH: mem-follow orang itu hukumnya ikhlas tanpa pamrih. Kalo suka ya follow, kalo di-follow back ya itu bonus. Saya sendiri mem-follow orang yang saya kenal, dan strangers (artis/tokoh) yang saya sukai tweets-nya. Jadi nggak usah ribet minta “Folbek plis”, karena kalo seseorang tertarik ingin tahu kehidupan/insight-mu, pasti orang itu otomatis mem-follow kok. :D

2. Mocking objects/accounts: Orang-orang kayak Farhat Abbas, Ruhut Sitompul, atau Tifatul Sembiring, adalah tokoh populer yang disorot (baca: dihujat) di Twitterland. Nggak ketinggalan account-account berlabel “Yeah” yang marak juga buat sarkas dan lucu-lucuan. Pertama, memang mereka-nya juga “aneh”, jadi orang-orang pun gatal mengomentari. Kedua, betapa para pengguna Twitter begitu memaksimalkan fungsi Twitter, sebagai katarsis pelampiasan "kepusingan" di real life-nya *apa pula ini bahasanya* Abis nyampah/menghujani bulan-bulanan pada mocking objects tersebut, mungkin tersugesti pusingnya berkurang. Padahal sih, masalah hidupnya nggak berkurang dengan meledek orang lain. :D

3. Insecurity of unfollow: Ketakutan di-unfollow. Hobi menghitung follower-nya, dan ngeh kalo ilang se-biji aja. Mereka akan “instropeksi” kalo ada yang meng-unfollow; “Apa yang salah dengan (tweets) saya?”. Konyol abis! Hahaha. Saya pribadi mengikuti situs yang ngasih notification: siapa yang habis unfollow saya. But, that’s it. Cuma keingintahuan nggak penting aja, nggak akan bikin saya melabrak orangnya. :D Cuma di-unfollow doang, nggak usah lebay deh, nggak mati juga kaliiiii..:D

4. Misleading avatar: Jangan tertipu avatar! Ada yang avatarnya cakep bening, padahal sih aslinya biasa aja. Ada yang avatarnya nggak jelas, malah pake gambar hewan (mungkin orangnya nggak narsis, jadi nggak masang fotonya), tapi ternyata aslinya cakeeeppp bookk. :D Jadi, avatar Twitter itu tidak valid, lebih mending cek akun FB-nya (kalo niat), atau ketemuan aja sekalian (kalo niaaattt bangeettt) *halah* :D

5. Kultwit-ers: Pada awalnya saya suka mengikuti kultwit (kuliah twitter) yang dilakukan beberapa tokoh. Bahkan nggak mesti tokoh, siapapun juga bisa sharing tentang hal-hal yang dikuasainya. Saya merasa sedikit pinteran dan terbuka pikirannya, hanya dengan scrolling bebe. Masalahnya, kalo kultwit itu udah sampe puluhan, bahkan lebih dari seratus serial tweets. Udah gila kali lo ya, get a blog please!

6. Para Twitlongers: Coba para Twitlongers, googling deh. Definisi Twitter itu microblogging 140 karakter. Ya usahakanlah buah pemikiran kamu ditulis/di-edit sampai maksimal 140 karakter. Sekali lagi, kalau mau ngetik panjang-panjang ya, nge-blog aja ngkalleee...

7. Aktivis Trending Topic: Ini dia para slacktivist, mereka yang berpikir bisa mengubah dunia melalui nge-tweet. Sesungguhnya, saya sudah tidak terlalu percaya pameo "Sedikit bicara, banyak bekerja". Karena yang berlaku sekarang adalah, "Banyak bicara, banyak bekerja". Jadi harus banyak ngomong, sekaligus banyak aksi pun. Dan nge-tweet pun adalah "action", salah satu corong kita membangun awareness terhadap sesuatu. Tapi menjadi lucu, ketika para aktivis ini sukses meng-goal-kan suatu topik jadi TT, lalu masalah dianggap selesai. C'mon dude, biasanya proses masih panjang dan nggak bisa musiman..*ngomong sendiri* :D

8. Twitter Police: I thought I was once a Twitter Police. Hahaa. Saya suka gemes kalo ada yang ketuker antara Twitter dan chatting di YM/BBM, antara reply dan retweet, antara topik menarik/penting dan "Apa sih tweet-nya nggak penting banget deh!?". :p But then again, lama-lama saya jadi permisif dan bodo amat, capek dan pusing soalnya kalo dipikirin. :p Looks like a Twitter Police is someone who have too much free time. Hahaa

9. Orang2 yang "terlalu sensi" di Twitter: Dunia Twitter memang rawan sindir-sindiran #NoMention. Masalahnya, kadang-kadang tweet yang ada, hanyalah buah pemikiran biasa. Common sense. General thoughts. Tapi beberapa orang, menyangka itu tweet ditujukan untuknya. Cape deehhh! :D Kalo nyambung atau ngerasa, mungkin kebetulan, mungkin juga disengaja sama orang yang nge-tweet itu. But first of all, nggak usah ke-geer-an dulu deh. :D Daripada penasaran, saya sih orangnya suka langsung mengonfrontasi "Itu tweet tentang saya bukan?". Daripada salah terus malu, atau merutuk sendiri? Hehehee

10. Orang2 yang “terlalu serius” di Twitter: Pada akhirnya, orang-orang di Twitter itu memang beraneka ragam. Ada yang mencari popularitas, ada yang mencari insight, senang ngobrol, RT abuser, hashtag abuser, narsis gila, hobi ceramah, hobi galau, sampai hobi promosi dan jualan segala rupa. Sama aja lah dunia maya dan dunia nyata, orang itu berbeda-beda. Makanya mesti toleransi dan menghargai perbedaan. Kalo nggak cocok ya nggak usah marah-marah. Tinggal milih opsi yang ada: unfollow, mute, atau delete account. Why so serious, sih? It’s just Twitter.

Cheers,

@VikryPristian :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun