Mohon tunggu...
Vikri Putra Irawan
Vikri Putra Irawan Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Marketing and Copywriter

Salam Sehat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Serbia Kian Rusuh, Massa Lempari Balai Kota dengan Batu, Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

26 Desember 2023   12:42 Diperbarui: 26 Desember 2023   12:50 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serbia mengadakan pemilu ditengah-tengah pembubaran parlemen oleh Presiden Aleksandar Vucic karena tekanan politik dari dalam negeri dan Uni Eropa. Pemungutan suara telah berlangsung sejak 17 Desember. Hasil pemilu menunjukan kemenangan Partai Progresif Serbia pimpinan Vucic kembali dalam pemilu di kota Beograd.

Pada Senin(25/12/2023), para pengunjuk rasa di Serbia menuntut jawaban atas isu penyimpangan dalam pemilu. Ratusan orang berkumpul didepan balai kota Beograd, menuduh pemerintah sudah melakukan kecurangan dalam pemilihan umum kali ini. Alih-alih demonstrasi ini dipelopori oleh Oposisi Serbia, yang kalah dalam pemilu menuntut pembatalan hasil pemungutan suara. Selain itu, beberapa orang yang tergabung dalam partai oposisi melalukan mogok makan.

Awalnya, sayap kiri Serbia ini melancarkan ultimatum "Jika keputusan untuk menunda pemilu tidak diambil, pada Senin(25/12) pukul 12:00, mereka akan memblokir dua lokasi tambahan di Ibu Kota Serbia". Para pemimpin oposisi mengatakan bahwa pemilu itu tidak adil, dengan maraknya kasus pembelian suara. 

Tercatat jumlah demonstran yang menyerbu Ibu Kota pada saat itu mencapai 2 ribu orang. Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa dan menangkap beberapa orang. Protes telah terjadi kepada pemerintahan selama tujuh hari berturut-turut. Presiden Vucic mengklaim bahwa telah terjadi upaya penggulingan pemerintahan dari luar negeri. 

Oliver Bunic/AFP/Getty Images
Oliver Bunic/AFP/Getty Images

Protes ini ditujukan kepada partai nasionalis, yang dipimpin oleh Presiden saat ini. Presiden Vucic menyalahkan upaya "Revolusi Warna" pada negara-negara barat. Pengamat internasional yang terdiri dari perwakilan pengawas hak asasi manusia internasional melaporkan kasus-kasus kekerasan, pembelian suara, dan kotak suara yang diisi dengan suara palsu setelah pemilu. 

Para pengunjuk rasa yang berada diluar balai kota meneriakan "Buka pintu" dan "Pencuri", sambil melempari kaca balai kota dengan telur dan batu. Mereka juga menyamakan Vucic dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang dinilai otoriter. 

Sampai saat ini, belum ada laporan mengenai korban cedera selama demonstrasi berlangsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun