Mohon tunggu...
VIKRI RACHMATULHAQQI
VIKRI RACHMATULHAQQI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SAYA SUKA TRAVELLING DAN HEALING

Selanjutnya

Tutup

Politik

Legitimasi atau Demokrasi

13 Juni 2024   15:16 Diperbarui: 13 Juni 2024   15:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dinasti Politik: Pengaruh dan Dampak pada Demokrasi dan Korupsi

Dinasti politik, juga dikenal sebagai keluarga politik atau legacy politician, adalah fenomena di mana beberapa anggota keluarga menduduki jabatan politik yang berbeda-beda. Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara-negara dengan sistem monarki atau otokrasi, tetapi juga di negara demokrasi seperti Indonesia dan Amerika Serikat. Dinasti politik dapat berdampak negatif pada demokrasi dan korupsi, serta mengganggu keefektifan jalannya pemerintahan.

Pengertian dan Contoh
Dinasti politik dapat diartikan sebagai keluarga yang memiliki beberapa anggota yang menduduki jabatan terpilih regional atau nasional. Contoh yang paling jelas adalah ketika seorang pejabat politik memiliki anak atau saudara yang juga menjadi politisi. Dalam beberapa kasus, dinasti politik dapat berupa suksesi kekuasaan yang diwariskan secara tradisional, seperti di negara monarki.

Dampak negatif dari dinasti politik terhadap demokrasi dapat berupa:

1. Penghambatan Regenerasi Kepemimpinan: Dinasti politik dapat menghambat upaya regenerasi kepemimpinan politik, karena kekuasaan hanya berkutat di antara anggota keluarga yang memiliki pertalian kekerabatan. Akibatnya, tidak ada celah bagi pihak lain untuk ikut berpartisipasi dalam politik.

2. Kekuasaan yang Terpusat: Dinasti politik dapat memungkinkan kekuasaan yang terpusat dalam satu keluarga, mengganggu keefektifan jalannya pemerintahan dan menghambat upaya untuk menghadirkan kesetaraan. Kekuasaan yang terpusat dapat digunakan untuk memperoleh kekayaan dan mengontrol distribusi kekayaan melalui mekanisme keuangan publik, memungkinkan praktik korupsi yang lebih mudah terjadi.

3. Krisis Demokrasi: Dinasti politik dapat berdampak pada krisis demokrasi, memperburuk kesenjangan dan ketidakadilan sosial. Kekuasaan yang terpusat dapat digunakan untuk memanipulasi proses politik, mengabaikan aspirasi masyarakat, dan mengganggu stabilitas pemerintahan.

4. Menghambat Pembangunan Ekonomi dan Sosial: Korupsi yang terkait dengan dinasti politik dapat menghambat pembangunan ekonomi dan sosial yang bermanfaat. Dana yang dihasilkan dari korupsi dapat digunakan untuk membiayai proses dan mekanisme agar suksesi kekuasaan berada di tangan keluarga yang sama, menghambat kemajuan masyarakat.

5. Mengancam Keadilan Sosial: Dinasti politik dapat mengancam prinsip-prinsip keadilan sosial yang merupakan landasan negara. Kekuasaan yang terpusat dapat digunakan untuk memperoleh kekayaan dan mengontrol distribusi kekayaan, menghancurkan fondasi kepercayaan publik yang merupakan aspek vital dalam menjaga stabilitas negara.

Contoh di Indonesia
Dinasti politik juga terjadi di Indonesia. Contoh yang paling jelas adalah ketika seorang pejabat politik memiliki anak atau saudara yang juga menjadi politisi. Dalam beberapa kasus, dinasti politik dapat berupa suksesi kekuasaan yang diwariskan secara tradisional, seperti di Kabupaten Bogor, di mana Rachmat Yasin menyerahkan kekuasaan kepada adik kandungnya, Ade Yasin. Dinasti politik juga terjadi di Provinsi Banten, di mana terdapat 11 dinasti politik yang aktif.

Cara Menghindari Dinasti Politik
Untuk menghindari dinasti politik, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, partai politik perlu mengadopsi prosedur seleksi kandidat yang lebih demokratis dan merata. Kedua, masyarakat harus terus sadar dan paham bahwa dinasti politik dapat berdampak buruk pada masa depan. Ketiga, pemerintah perlu menerapkan peraturan yang membatasi anggota keluarga tertentu dari pemegang jabatan politik untuk mencalonkan diri di posisi yang sama atau di wilayah yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun