KKN Kolaboratif 44 Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember. Dimana Anggota Kelompok terdiri dari beberapa Universitas yaitu Universitas Jember, Universitas Muhammadiyah Jember, Universitas Islam Jember, dan IAI Al-Qodiri Jember.
petani sehingga tidak heran jika di Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah petani, pupuk seringkali mengalami kelangkaan dan harga pasaran yang naik turun. Tentu saja hal tersebut menjadi momok besar bagi petani termasuk masyarakat Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
Pupuk merupakan kebutuhan pokok paraMasalah tersebut mendorong Mahasiswa KKN Kolaboratif 44 yang terdiri dari beberapa perguruan tinggi di Kabupaten Jember untuk menjadikan persoalan pupuk sebagai program kerja (Proker) utama dengan mengadakan pelatihan pembuatan pupuk untuk para petani di Desa Curahtakir. Dengan melihat kondisi pengelolaan sampah di desa yang kurang baik, mahasiswa KKN Kolaboratif 44 berinisiatif untuk menjadikan sampah organik dan kotoran hewan sebagai bahan baku dalam pembuatan Pupuk.
Pada hari Rabu (9/8/2023), Â Mahasiswa KKN Kolaboratif 44 Desa Curahtakir mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik di salah satu kebun milik tokoh masyarakat yang dihadiri oleh beberapa petani Desa Curahtakir. Kegiatan pelatihan tersebut dimulai pada pukul 08.30 hingga pukul 11.00 WIB.Â
Dalam kegiatan pelatihan tersebut mahasiswa KKN membimbing petani dalam membuat pupuk organik. Mahasiswa KKN menjelaskan setiap alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan pupuk organik, selain itu mahasiswa KKN juga menjelaskan setiap langkah pengelolaan pupuk menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Madura yang menjadi bahasa sehari-hari masyarakat Desa Curahtakir.Â
Setelah pelatihan pembuatan pupuk selesai, mahasiswa KKN Kolaboratif 44 mengajak para petani untuk langsung mempraktikkan penggunaan pupuk pada tanaman menggunakan pupuk yang sudah dibuat sebelumnya oleh mahasiswa KKN Kolaboratif 44.
Kegiatan pelatihan disambut dengan antusias oleh para petani Desa Curahtakir, terlebih kondisi pupuk yang saat ini terbilang cukup langka dan mahal. "Pelatihan ini cukup membantu bagi saya karena proses pembuatannya yang mudah. Kebetulan saya punya sapi, nanti kotorannya bisa saya jadikan pupuk seperti ini." Ujar Pak Paiman setelah proses pembuatan pupuk selesai.
Mahasiswa KKN Kolaboratif 44 berharap dengan adanya kegiatan pelatihan pembuatan pupuk organik ini dapat membantu masyarakat khususnya petani dalam meningkatkan kualitas pertanian di Desa Curahtakir. Mahasiswa KKN Kolaboratif 44 juga berharap para petani dapat mempraktikkan dan mengembangkan pembuatan pupuk organik secara mandiri.
PEWARTA: Alvina Octaviani dan Lailatul Fudla
EDITOR: Viki Candra KiranaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H