Mohon tunggu...
Vika Octavia
Vika Octavia Mohon Tunggu... -

blogger, writer, founder Kamadigital.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Meski Kalah, Komika Raim Laode Didaulat Jadi Duta Wisata Wakatobi

11 September 2016   14:25 Diperbarui: 14 September 2016   17:07 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber twitter @timmifebrin

"Malam ini, saya tidak menunduk. Saya menatap lampu-lampu studio Indosiar yang terang ini, karena saya yakin suatu saat pasti akan kembali kesini. Uang 100 juta hanya nominal yang akan habis di kemudian hari. Tapi setelah ini masih banyak yang akan saya lakukan, so tetap temani Saya."
-Speech terakhir Raim Laode saat ia tereliminasi-

****

Namanya Raim Laode. Saya jatuh cinta saat pertama menonton audisinya melalui Youtube untuk Talent Show Stand Up Comedy. Pemuda berusia 22 tahun tersebut membuat saya hobi bolak balik nonton rekamannya. Komedinya renyah, cerdas, khas Indonesia dan mengandung kritik sosial. Ternyata saya tidak sendiri, ia digemari banyak orang. Dan tiba-tiba saja saya tidak mau terlewatkan satu episode pun penampilannya.

Sampai akhirnya mata saya malam (saat ia tereliminasi) tadi berkaca-kaca. Seumur hidup yang bukan ABG alay lagi, baru kali ini saya begitu emosional akan hasil sebuah talent show. Raim Laode tereliminasi setelah diunggulkan oleh banyak pihak. Yah, harus diakui dua kali terakhir penampilannya memang bukan yang paling prima.

*Dan ternyata 'Patah Hati' karena Raim tereliminasi jauhhh lebih sakit dibandingkan ketika tahu Jokowi mengeliminasi menteri idola saya, Ignasius Jonan dan Anies Baswedan. Serius!! Hahaha..

Namun jika diukur rata-rata sejeblok-nya penampilan Raim Laode, masih tetap memiliki ambang bawah yang lebih baik dari beberapa kontestan lain. Masalahnya, ada kontestan lain yang lolos dan 'menurut saya' jauh sekali kualitasnya di bawah Raim. Materi kontestan yang satu ini, garing, tanpa pesan, tanpa wawasan dan (maaf) keliatan cetek. Harus diakui, pada beberapa penampilan sebelumnya, dia (si kontestan lain ini) memang bagus. Saya pun suka. Tapi makin ke sini, kelihatan makin membosankan, tidak ada 'isi' dan sangat monoton. Terlihat sekali kelasnya dengan Raim yang berbeda jauh. Sekali lagi maaf, saya bukan haters, saya hanya ingin membandingkan secara obyektif.

Setelah eliminasi itu, sosial media pun ramai. Saya pikir hanya saya yang kecewa dengan hasilnya. Saya ini penonton biasa, saya gak ngerti teknik-teknik nasihat juri. Saya taunya cuma; lucu, terhibur dan terselip 'pesan' di dalamnya. Namun lagi-lagi bukan saya saja yang kecewa. Sosial media penuh dengan ungkapan kekecewaan, kesedihan bahkan bully-an terhadap juri. Juri memang pakar, tapi dalam komedi, menurut saya JURI SESUNGGUHNYA ADALAH PENONTON! Anggaplah kami ini orang awam, tidak paham teori penilaian stand up comedy. Tapi saya kira juri harusnya cukup cerdas untuk menambah bobot acara ini dengan memilih peserta yang pantas ke babak final. .

Ah, komedi memang masalah selera. Tapi bagi saya, komedi yang bagus itu: komedi yang cerdas dan berwawasan. Absurd pun tetap harus berwawasan. Dan semua itu ada pada Raim Laode. Mungkin dia memang 'orang kampung', tapi kelihatan sekali pola pikirnya tidak 'kampungan'.

Raim  juga membawa pesan. Kehadirannya membuat kita jadi makin yakin bahwa Indonesia ini kaya. Dia pede dengan ketimurannya. Dia bangga akan asalnya. Sesuatu yang hampir langka dengan anak muda yang kini makin kebarat-baratan. Beberapa orang teman saya, bahkan penasaran banget hingga merencanakan ke Wakatobi. Bahkan, ada teman saya yang baru tau bahwa Wakatobi itu terletak di Sulawesi Tenggara, bukan di Papua.

Saya yang jarang banget nonton TV, awalnya berharap program ini tidak sekadar komedi tetapi ada inspirasi dan pesan untuk anak-anak muda agar kian berkreasi, makin kenal negerinya dan makin cinta bangsanya. Ada sedikit keprihatinan dengan TV nasional kita. Lupa mungkin bahwa TV adalah media terbaik untuk memberikan 'edukasi' bagi anak bangsa bukan cuma drama sesaat.

Beri kesempatan kepada anak-anak muda seperti Raim untuk lebih lama menginspirasi. Sadarkah sudah begitu banyak porsi telah kita berikan kepada selebgram yang gaya hidupnya jauh dari tata krama bangsa kita. Sementara, ada Raim dan (mungkin) Raim lain dan Raim selanjutnya yang 'terpaksa' turun panggung.......

Ya, kita memang tidak pernah tahu alasannya apa, kita tidak pernah tau apa yang terjadi di belakang panggung. Kompetisi adalah tetap kompetisi. Ada yang kalah, ada yang menang. Ada kompetisi yang sebenarnya, ada pula yang setting-an. Ada pula yang tak jauh berbeda dengan sinetron drama. Kompetisi pun bukan akhir justru awal dari dunia yang sebenarnya. 

Alhamdulillah, pagi ini saya bahagia dan bangga, Raim kembali ke Wakatobi, Ia memang tidak juara...tapi Pemda Wakatobi bergerak cepat dengan mengangkatnya sebagai Duta Wisata Wakatobi. Sesuatu yang mungkin belum pernah dilakukan daerah lain. Duta Wisata yang lahir dari bidang komedi.

sumber twitter @timmifebrin
sumber twitter @timmifebrin
Finally
, tetap semangat Raim! Ini cerita manis untuk awal yang lebih manis. Indonesia bangga punya anak muda seperti kamu. Jangan lelah memberi inspirasi bagi banyak anak negeri. Maju terus! Saya yakin kamu bahkan jauh jauh lebih baik dari para juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun