Mohon tunggu...
vika utami
vika utami Mohon Tunggu... -

aku adalah kata kata ,kamu bisa membaca?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nasya,Perempuanku...

5 Februari 2014   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

‘’Jika suatu saat nanti aku pergi meninggalkanmu, bukan berati aku sudah tak menyayangimu,aku hanya pergi menemui takdirku, tempat dimana seharusnya aku berpijak dan tinggal seperti perempuan semestinya.’’

Masi jelas dalam ingtanku kata – kata itu. Terngiang dan berdengung setiap kali aku ingat dirinya. Ketika itu Nasya datang padaku dengan wajah sembab , berlinang air mata. Ku bukakan pintu untuknya dan dia langsung memelukku sembari menangis. ku tenangkan dirinya, ku peluk dan ku belai rambut sutra harumnya, yang wanginya masi ku ingat sampai detik ini. ‘Katakan sayang  apa yang membuat mu seperti ini ?’ kulihat dia sedikit lebih tenang dan berusaha bercerita sambil terisak. ‘ibu memaksaku bertunangan dengan anak salah seorang kolega ayah, aku tak  mau , tak suka di jodohkan seperti ini , tapi ibu dan ayah memaksa,tak mau mengerti aku.’ Kulihat air matanya berlinang lagi.

Seketika ada yang menyesakan dada , aku berusaha tenang karena jauh – jauh hari aku sudah menduga hal ini akan terjadi. 2 tahun lebih aku menjalin hubungan dengan Nasya, sejak semasa kami kuliah dulu. Telah banyak waktu terlewati dengan ‘sempurna’ bersama Nasya. Meski demikian kami tetap sadar hubungan ini tidak akan pernah berlnjut ketahap yang lebih serius sebagaimana  pasangan lainnya,akan sangat banyak yang menentang hubungan kami, maka dari itu aku dan Nasya sepakat untuk merahasiakannya, hanya beberapa teman dekat yang tahu.Dan kami sadar jika telah tiba waktunya kami menemui takdir masing - masing, saat itulah hubungan kita harus berakhir.

Ku ingatkan kembali padanya, mungkin takdir telah menghampirinya saat ini, tuntutan keluarga dan juga fase hidup yang harus dilaluinya.sejak saat itu dia sering mengeluh dengan tekanan keluarganya.sempat terfikir untuk membawa Nasya lari.Tapi aku sadar ini justru akan membuat masalah baru. Kuyakinkan padanya suatu saat aku juga akan mengalami hal yang sama,jadi tak ada salahnya jika ia menyetujui kemauan ibunya . aku sendiri bukannya merelakan dia begtu saja,berhari – hari aku memikirkan hal ini Nasya yang aku sayangi akan dipersunting oranglain,lepas dari genggamanku.Karena sudah tak tahan dengan keluhan Nasya, kasiahan ia seperti tertekan , dan aku pun tak mau kehilangannya aku putuskan juga untuk memnawa dia lari. Nasya setuju , kutunggu ia di tempat biasa , satu jam lebih aku menunggu, nasya muncul dengan wajah yang terlihat sangat sedih, kusut, meski kecantikannya tetap terlihat tapi aku yakin dia pasti tak tidur semalaman.rencananya kami akan pergi ke Bangkok, ketempat seorang kawan yang bekerja disana.tapi aku terkejut mendengar keputusanya, ia telah menyetujui keinginan orang tuanya,ibu nya sakit, mau tak mau ia harus menuruti kemauan perempuan yang telah melahirkannya. Itulah pertemuan terakhir kami. Meski sempat beberapa kali berkomunikasi aku memilih diam, tak mau larut dalam kesediahan ku fokuskan pada karirku.dia menolak untuk bertemu, ia takut hatinya goyah.ya aku bisa memaklumi itu.

6 bulan sejak pertunangan Nasya kini ku terima undangan pernikahan darinya d meja ruang tamu.Aku lemas. Entah harus datang atau tidak, aku takut tak kuat melihat dia di pelaminan. Jujur aku merindukannya tapi aku berharap tak bertemu dikeadaan seperti itu. Aku rindu senyumnya, gaya manjanya, pelukan hangatnya, perhatian juga kasi sayangnya. Aku rindu saat bersamanya, menghabiskan malam yang dingin, senyap , dikamar nya yang hangat, lampu kamar yang redup,  dentingan jarum jam , gemrisik ranting pohon yang menelisik masuk melalui fentilasi jendela,dan deru nafas kami berdua, terengah menuju puncak kenikmatan.ahh aku rindu ..

Hari ini , satu minggu setelah kuterima undangan , aku akhirnya memutuskan untuk hadir di resepsi pernikahan Nasya. Ku kuatkan hati. Aku berdandan secantik mungkin. Tadi malam ku ucapkan selamat atas pernikahanya lewat pesan singkat, ia membalas dan memintaku untuk datang hari ini. Resepsi di mulai jam 7malam , aku masi bersiap – siap .  Tiba –tiba suara bell berbunyi, belum sempat keluar kamar hape ku bergetar, ada pesan masuk “vika buka pintu’’. Secepat mungkin aku lari dari kamar menuju ruang tamu di bawah, ku buka pintu.. seorang perempuan cantik berdiri bergaun anggun...

Nasyaaa......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun