Mohon tunggu...
Vika Jannoke
Vika Jannoke Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswi di sebuah Politeknik di Italia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa salah agama?

13 Juni 2012   13:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:01 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini terdengar isu kalau gereja-gereja di Aceh akan dihancurkan kalau tidak sesuat dengan peraturan pemerintah setempat. Tapi karena si empunya sudah menyanggah, berita tersebut tidak terlalu dibicarakan lagi. Ada pula beberapa waktu yang lalu, katekis-katekis di China dibunuh karena menyebarkan agamanya. Kemudian, kisah seorang pastur yang membantu memberikan tempat tinggal bagi penduduk yang non-kristen pada saat gunung merapi meletus diisukan sebagai kristenisasi. Apa salah agama?

Yang terlama, kejadian perang saudara di Ambon antara kristen dan muslim. Yang seingat saya membuat tetangga saya, seorang anak kecil, kira-kira berumur 5 tahun asal Ambon, selalu ketakutan ketika mendengar bunyi gemuruh langit yang dikiranya bom atau apalah, mungkin karena trauma. Sering kali pula kita dengar berita luar negeri yang menyatakan si agama satu akan membakar kitab suci agama lainnya. Gereja dibom muslim, masjid dibom kristen. Kata teroris, bagi negara barat, adalah sebutan untuk muslim yang bertindak gila seperti membom, dll. Sedangkan sesungguhnya teroris adalah pengumbar teror, bukan menitikberatkan pada agama tertentu. Apa salah agama?

Yang terbaru, setelah lebih dari 10 tahun dipenjara, Ang San Suu Kyi akhirnya bebas dan menjadi presiden bagi warga Myanmar yang mayoritas beragama Buddha. Sekarang, timbul masalah, diberitakan warga buddha di Myanmar kalap dan menghabisi nyawa warga Myanmar lainnya yang beragama muslim. Mungkin Ang San Suu Kyi melontarkan suatu kalimat yang disalahtafsirkan oleh penduduknya. Tapi untuk alasan yang satu ini masih bias. Alasan utamanya karena umat muslim di Myanmar membakar salah satu desa umat buddha. Akhirnya, umat muslim yang minoritas di Myanmar melarikan diri ke Bangladesh, negara muslim kecil yang paling dekat dengan mereka, untuk mencari perlindungan. Toh juga kalau mereka mau, mereka bisa datang ke Indonesia. Sebenarnya, apa salah agama?

Yang salah bukan agamanya. Semua agama mengajarkan hal yang baik, sebaik-baiknya. Hanya demi tercapainya hubungan vertikal dan horizontal yang baik, yang damai. Di Italy, selama hampir tiga tahun saya tinggal disini, setiap Valentine day, teman-teman muslim juga tidak sungkan untuk saling berpelukan dan mengungkapkan rasa sayang -sebagai teman- dan menyampaikan selamat hari valentine dengan teman pribumi. Mengapa di Indonesia masih introvert? Tidak bisakah berpikiran terbuka, serta tidak lupa mengajarkan indahnya rasa perdamaian, tidak memandang agama serta hal.hal sensitif lainnya. Bisakan manusia-manusia Indonesia berpikiran baik, tidak melulu seksualitas atau nafsu belaka. Meskipun semua wanita berpakaian tertutup, namun jika sisanya memang tidak ada rasa untuk menghormati sesama pasti perkosaan dan pelecehan tetap akan terjadi. Tidak perlu menerapkan sistem dan peraturan yang terlalu ketat. Manusia itu tertarik dengan tantangan. Tantangan untuk melanggar peraturan. Jadi edukasi lah yang berperan penting disini. Mulailah dari diri sendiri, ajarkanlah pada anak dan keluarga anda. Pastilah anak nanti juga akan mengajarkan hal tersebut kepada anaknya kelak, sehingga terciptalah lingkungan yang damai. Agama tidak akan salah lagi melainkan 100% benar adanya.

Biarkanlah orang berpegang teguh pada ajaran agamanya masing-masing. Jangan halangi orang menganut suatu kepercayaan tertentu selama kepercayaannya itu baik. Tidak merugikan sesama dan tidak berdampak buruk bagi kedamaian dunia. Manusia tercipta cerdas, namun kecerdasan dalam otaknya ada yang digunakan, ada yang disimpan, bahkan dibuang. Saya mendambakan negara, bahkan dunia yang nyaman, hidup rukun dan damai. Saya nantinya akan mengajarkan kedamaian kepada anak saya. Bagaimana indahnya hidup rukun berdampingan. Saya akan mencontohkan bagaimana dunia kecil kami -keluarga- bisa hidup rukun dimana ayahnya nanti seorang muslim dan ibunya seorang kristen, dan berharap dunia yang besar juga damai ketika ia besar nanti.

tautan tentang berita-> http://www.nytimes.com/2012/06/08/world/asia/mayanmar-inquiry-begun-in-killing-of-muslims.html

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun