Mohon tunggu...
Vika Nailul Izza
Vika Nailul Izza Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN SUKA 2020 20107030107 dibuat untuk memenuhi tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Sosok Artidjo Alkostar

1 Maret 2021   21:43 Diperbarui: 2 Maret 2021   01:46 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa sih di sini yang tidak mengenal sosok Artidjo Alkostar? Jika kalian belum tau siapa beliau, pastinya kalian tentu saja sudah pernah mendengar namanya bukan? Yup, di bidang politik khususnya di bidang hukum pasti tidak asing dengan nama itu. Artidjo Alkostar ialah seorang ahli hukum Indonesia. Beliau adalah mantan Hakim Agung sekaligus Ketua Kamar Pidana Mahkamah Agung RI yang mendapat banyak sorotan atas keputusan dan pernyataan perbedaan pendapatnya dalam banyak kasus besar atau dikenal dalam dunia hukum sebagai dissenting opinion. Dissenting opinion itu sendiri merupakan pendapat yang berbeda dengan apa yang diputuskan dan dikemukakan oleh satu atau lebih hakim yang memutus perkara, merupakan satu kesatuan dengan putusan itu, karena hakim itu kalah suara atau merupakan suara minoritas hakim dalam sebuah majelis hakim.

Kehidupan dari masa ke masa Artidjo Alkostar memang sudah banyak dikenal oleh khalayak umum , meskipun beliau lahir di Situbondo, Jawa Timur tetapi darah keturunan Maduranya masih melekat erat di tubuhnya dan belum bisa terpisahkan oleh apapun. Dari darah Maduranya itu , Artidjo Alkostar kini mempunyai jiwa pemberani sedari kecil, dan tanpa disadari ia tidak mempunyai rasa takut sedikitpun. Beliau juga tidak takut akan rumor teror- teror, ancaman maupun santet yang melanda pada dirinya, tetapi Ia melawannya dengan penuh semangat. Cikal bakal bela diripun beliau dapat juga semasa kecilnya. Bela diri itu ia gunakan untuk melawan para peneror yang berani mengusiknya dan orang- orang yang ada di sekitarnya dan akan ia lindungi dari bahaya dimanapun dan kapanpun itu. Artidjo Alkostar menyerang para lawannya menggunakan senjata khas Madura yaitu pisau, celurit, pedang sebagaimana mestinya, beliau pun tidak takut juga jika melawan musuhnya menggunakan tangan kosong, yang terpenting yaitu keberaniannya, kunci utama seorang Artidjo Alkostar.

Masa pendidikan Artidjo Alkostar terbilang terpandang, dikarenakan Beliau menempuh pendidikan sarjana di Universitas Islam Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan (UII) yang berada di Yogyakarta. Artidjo Alkostar mengambil bidang hukum pada masa itu. Terbanding terbalik dengan impiannya yang menginginkan dirinya masuk ke jurusan pertanian, karena orang tuanya bekerja sebagai petani di kampung halamannya, tetapi ia justru bisa masuk ke bidang hukum yang tak pernah beliau sangka sebelumnya. Selama menjadi mahasiswa di UII, Artidjo Alkostar juga aktif di berbagai bidang kemahasiswaan salah satunya yaitu menjadi ketua DEMA ( dewan mahasiswa) pada masa itu. Semakin lama, beliau mendapatkan gelar sarjana dan menjadi dosen di almamater semulanya. Artidjo mengajar setiap hari Sabtu, dari pagi sampai malam tak kenal lelah. Ia mengajar prodi ilmu hukum acara pidana dan etika profesi serta mengajar matakuliah HAM untuk S2.

Artidjo Alkostar ,Alumnus UII ini juga pernah menjabat sebagai Direktur LBH Yogyakarta selama enam tahun dari 1983-1989.Cukup lama menjabatnya. Artidjo dapat menyelesaikan studinya cukup dengan waktu yang singkat yaitu enam bulan saja di Columbia University .Tak lama setelah menyelesaikan studi singkatnya di Amerika Serikat, Artidjo kembali ke tanah air tercinta Indonesia, dan beliau terpilih sebagai hakim agung di sini. Selama beliau menjabat, Artidjo masih terus aktif mengajar di kampus almamaternya . Setelah itu,tak lama dari beliau Pulang dari Negeri Paman Sam, AS, Artidjo mendirikan kantor hukumnya yang bernama Artidjo Alkostar and Associates sampai 2000 .

Berjalannya waktu ke waktu , dan sebelum beliau resmi pesiun dari pekerjaannya, pada tanggal 22 Mei 2018 lalu, perjalanan Artidjo selama 18 tahun menjabat Hakim Agung tak dapat diragukan lagi oleh orang lain dan teman seperjuangannya . Sudah banyak kasus korupsi yang ditangani oleh beliau, dan kebanyakan kasus itu berhasil. Artidjo dikenal sebagai hakim yang tegas , bertanggung jawab dan tidak memberikan ruang untuk para koruptor yang hanya mengandalkan korupsi di berbagai bidangnya. Sosok beliaulah yang di segani oleh para politikus politikus lainnya yang sudah mengenalnya sejak lama.Saat Artidjo menjadi sosok pengacara pun beliau memanfaatkan waktu itu untuk mencari teman sebanyak banyaknya dan dari kalangan mana saja. Ia tidak pernah membeda- bedakan semua beliau anggap sama dan sejajar. Hal itu yang patut kita tiru sebagai para penerusnya.

Sebagai pengacara, Artidjo juga menghadapi berbagai godaan yang tidak mudah untuk di hadapi oleh orang awam. Salah satunya yaitu tawaran berupa uang ataupun barang dari pihak lawan agar Artidjo tidak bersungguh-sungguh membela kliennya di persidangan sambil ditawari segepok uang untuk menyogoknya. Ia sering melihat hakim lain atau penegak hukum yang semasa hidup tidak lurus dalam mengerjakan sesuatu hal dan, ketika meninggal tidak dalam keadaan yang beres ,dan sangat memprihatinkan. Artidjo berpendapat, orang tidak dihormati karena pakaiannya atau hartanya, justru kehormatan yang harus menjadi pakaian. Karena dalam dirinya tidak ada beban, Artidjo bisa berdiri dengan mata tegak dan pandangan yang lurus .Ketika ditanya bagaimana ia bisa konsisten dengan sikapnya, jawaban Artidjo simpel saja. Menurutnya, kekayaan hanya sementara dan tidak berguna ketika seseorang sudah meninggal.

Artidjo Alkostar , sekarang nama itu sudah menjadi kenangan belaka untuk kehidupan politik di Indonesia. Sosok yang di andalkan karena vonis-vonisnya yang tanpa ampun kepada koruptor kini sudah tiada meninggalkan kita semua. Artidjo Alkostar ,mantan hakim agung Artidjo Alkostar yg kini menjabat sbg salah seorang anggota Dewan Pengawas KPK meninggal dunia pada Minggu (28/2/2021) sekitar pukul 14.00 WIB. Diketahui beliau meninggal karena sakit jantung dan paru-paru tetapi belum pasti juga. Artidjo Alkostar tutup usia pada 72 tahun. Jenazah Artidjo disemayamkan di kediamannya, Apartemen Springhill Terrace Residence, Kemayoran, Jakarta Utara . Usia memang tidak ada yang mengetahui, manusia hanya bisa berencana kapanpun itu, tetapi yang bisa berkehendak hanya Tuhan Yang Maha Esa. Selamat jalan Bapak Artidjo Alkostar, kenangan dan jasamu tidak pernah lepas oleh waktu dan abadi selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun