[caption caption="hiburan.metrotvnews.com"][/caption]“Blup.”
“Sory Sir, no chewing gum here.”
“But it isn’t in Singapore. There no rule that....Heii...Poppy..ugh uhuk!”
“Aih, jangan ditelan dunk permen karetnya Pus. Iya gue Poppy mantan lu.”
Dan tak urung lelaki yang terlanjur hampir menelan gelembung permen karet pink valentine jadi sibuk menenangkan dirinya. Setelah menguasai lipatan si manis permen karet dengan membungkusnya, dan menghibahkan ke tong sampah maka aliran air mineral berhasil mengurangi keterkejutannya. Bagaimana tidak salah tingkah jika pemilik hatinya saat lampau tiba-tiba terulas senyum memandang dirinya. Lupus tak siap menerima kenangan masa remajanya kembali lagi.
“Ngapain lu di Jogja? Bukannya lu di Jakarta? Eh bentar lagi pesawat Gusur dan Boim datang, gile tuh bocah ketiduran sampai harus beli tiket lagi. Mas redaktur sudah berkicau dari tadi, alamat gaji dipotong lagi.”
“Gue owner sekaligus PR EO yang kerjasama dengan majalah kalian, otomatis deh yang kebagian jemput kru untuk gladik kotor karnaval besok minggu. Eh Lulu ga ikutan magang di Majalah? Gue kangen tuh ma si centil.”
Sejurus kemudian ujung rok bergambar bunga matahari sewarna valentine terlihat ditarik gadis tujuh tahun bermata sipit dibalik lensa bingkai pink. “Mama, kok Ara ditinggal? Papa sudah ngorok tuh di APV. Eh ada cowok ganteng, kok mirip yang rambutnya jambul di foto dompet mama ya?
“Mama? Lu sudah married? Tapi kita baru saja lulus SMU setahun lalu? Lu ingin jadi dokter anak.” Nada meninggi serta kelopak mata yang membesar membuat wajah Lupus terkesan begitu kaget dengan yang dia dengar.
“Ara sudah antri dilahirkan duluan Pus, dan Aji harus ke Paris segera mengambil alih perusahaan kakeknya. Dan biarlah Ara yang menjadi dokter anak.
Deru suara burung besi yang mendarat di apkron menambah patah hati Lupus. Permen karet memang kekasih sejati di dunia.