Terkikih saya melihat liuk jemari teman-teman Kompasianer Jogja yang belajar melipat dan mengenakan Udeng. Udeng berasal dari kata Ben Mudeng(Agar mengerti) Â Iya, Â mengenakan Udeng menjadi salah satu syarat, dan tata krama saat berlatih Jemparingan.Â
Syarat yang lain, bukan hanya sikap badan serta pemahaman akan filosofi, tetapi juga busana serta alat yang dipakai. Ya begitulah budaya leluhur, yang menyiratkan banyak simbol spiritual. mengingatkan bagaimana pentingnya menilik diri.
Paseduluran Langenastro
Ide event berlatih Jemparingan ini bermula dari beberapa kali saya membaca kosa kata tersebut dari time line instagram para pemerhati budaya. Saya kemudian penasaran dengan olah raga tradisional ini apalagi dari foto yang ditampilkan.Â
Para peserta panahan tradisonal khas era Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ini terlihat gagah dan anggun saat memanah walau dalam posisi bersila.
Saya beberapa kali sudah mencoba olahraga panahan modern, sehingga penasaran bagaimana rasanya bila merentangkan busur dengan posisi berbeda. Setelah diskusi dengan admin Kompasianer Jogja yang lain, kemudian disepakati menghubungi komunitas yang fokus pada Jemparingan.
Menyenangkan, saat bapak Agung Sumedi selaku  pemangku paseduluran Langenastro yang kami hubungi, menyambut dengan tangan terbuka rencana event yang Kompasianer ajukan.Â
Bukan hal yang mudah untuk mewujudkan dalam satu kesepakatan waktu karena masing-masing pihak mempunyai kesibukan di luar kegiatan komunitas. Â Sampai ahkirnya tercapai kesepakatan untuk mengadakan pelatihan Jemparingan di Sasana Wisangeni pada 11 Maret 2023.Â
For Your Information, Â nama Langenastro diambil dari nama sebuah kampung yang awalnya didirikan khusus pengawal raja/ratu. Jemparingan sendiri juga awalnya dikhususkan bagi warga kraton tapi seiring waktu terbuka bagi masyarakat umum.