Sebenarnya ini bukan kali pertama traveling ke Surabaya, tapi ada sesuatu yang bikin beda dan lebih menantang, yaitu karena this is my first time berkendara jarak jauh naik mobil sama teman-teman. Super excited jadinya. Kita milih naik Harrier karena pengin ngerasain pengalaman baru, nyetir sendiri dengan jarak tempuh dan kondisi jalan yang terbilang asing buat kita bertiga. Karena sebelumnya, gue ke Surabaya naik kereta, jadi gak ada bayangan kondisi jalannya bakal gimana. Apakah mulus, banyak lubang, tanjakan atau turunan terjal. Yang gue tau naik mobil dari Jakarta ke Surabaya bakal menempuh waktu kurang lebih 11 jam dengan jarak 780 KM.
Sebelumnya temen gue sempetin buat isi bensin, karena kebetulan udah dua hari belum diisi. Setir bundar diputar ke kanan dan melaju cepat tapi nggak bikin kuatir jantung, tanjakan polisi tidur pun dilalui dengan elegan. Sahabat gue ini memang ratu jalanan Surabaya, apapun jenis mobil yang dikendarai udah pasti aman melaju. Selama beberapa kali menginap di Surabaya, mulai dari stasiun Gubeng, Tanjung Perak sampai bandara dihapal luar kepala jalan alternatifnya. Yang gue perlukan hanya membawa air mineral dalam ukuran besar, karena obrolan bisa berlangsung sepanjang perjalanan tanpa henti.
"Loh, bukan di tempat biasanya? Yang SPBU ini kan lebih harganya!" komentar gue saat si Item masuk ke jalur yang mengarah ke mesin pengisian. "Cuma selisih sedikit aja, tapi tarikan mesinnya jadi lebih ringan. Sepadan. Lagipula nggak perlu antri. Hemat waktu!" kata temen gue. Yang bikin heran, gak beberapa lama di mesin pengisian beberapa langkah dari tempat kami nunggu, mulai berdatangan sepeda motor. Ducati yang termasuk motor road bike di urutan pertama kemudian disusul tiga motor bebek. Saat si Item membawa kami kembali menyusuri jalan Surabaya, nampak serombongan skuter matic turut berjajar.
"Masih heran kok pengendara motor juga memilih Shell V-Power?" pertanyaan yang diselingi tertawa geli dari arah bangku depan. "Iya, maklum di Jogja masih belum didirikan SPBU Shell, yang sudah kota Jakarta, Bandung, dan Bogor ya. Setahu gue bahan bakar mesin dari Shell dipakai untuk bahan bakar mesin Formula satu bukan? Apa karena bagus untuk mesin jadi digunakan juga untuk sepeda motor? Lo sendiri mulai kapan pakai bahan bakar ini?" tanya gue penasaran.
Ternyata doi udah pakai Shell sejak dua tahun lalu. Menurutnya, Tingkat oktan produk ini lebih mendekati standart oktan yang dibutuhkan mesin si Item. Kalau Oktan sesuai maka mesin performanya tetep bagus, sehingga nggak perlu pusing mengalokasikan waktu lebih untuk ke bengkel. Dan temen gue ini emang hampir gak ada waktu untuk merawat mobil, bahkan cuci mobil terpaksa di salon mobil karena jam kerja doi yang tinggi banget. Doi ngerasa kebantu karena gak perlu isi bensin tiap hari dan ngantri lama-lama.
Hal yang sama juga berlaku buat sepeda motor. Si Shell ini ngaruh banget untuk motor bebek. Karena bikin motor nggak rewel lagi, dan kalau nggak rewel maka bahan bakar yang digunakan tidak terbuang percuma. Jika setiap hari bisa menghemat bahan bakar seperti ini, maka  pengeluaran bisa berkurang.
Asli sih, waktu giliran gue yang nyetir, apa-apa yang udah disebutin temen gue tadi emang kebukti! Gue beneran ngerasain tarikan mesin yang lebih ringan dan gak perlu isi bensin lagi. Bahkan sehari setelah kita sampai di Surabaya, bensinnya masih amat sangat cukup buat keliling beberapa tempat wisata yang ada di sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H