Iya, perempuan jawa dalam banyak naskah kuno beraksara jawa mempunyai peranan dalam dunia spiritual bahkan sebagai tiang keluarga melalui doa serta ritual spiritualnya. Salah satu yang menonjol tentu tercermin pada profesi dukun paes, walau pada kehidupan nyata masih saya temui perempuan jawa dengan pilihan sebagai ibu rumah tangga yang puasa sesuai perhitungan adat jawa. Saya pikir itulah sisi romansa perempuan jawa dengan sisi spiritualnya, dimana digambarkan di film dalam bentuk kisah Yusnina. Sisi dimana terlupakan saat keinginan ragawi menyelubungi hidup, namun akan terus mengetuk hingga jiwa membukakan pintu.
Tiap adegan merupakan langkah perjalanan romansa Yusnina ditemani  dalam menemui jati dirinya dengan jalan menjadi dukun paes adalah inti dari film yang terasa cepat bergulir. Romansa ala jawa, di mana bahasa simbol, rapalan doa serta mimpi tanpa kata lebih sering dipilih. Bukankah doa tanpa tendensius adalah bentuk cinta tertinggi manusia?
Jadi apakah mungkin ada sekuel untuk menyelesaikan perjalanan spiritual seorang Yusnina yang baru saja dimulai?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H