Lima menit sebelum menjelang minum kopi
Aku ingat pesanmu: "Kurang atau lebih,
Setiap rejeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi."
Mungkin karena itu empat cangkir kopi sehari
Bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri."
Saya seperti "dipaksa" untuk menjemput kembali niat awal saat mempertemukan telunjuk dengan ibu jari, tepatnya meliukan rentetan tarian jiwa yang disebut berpuisi. Terkesan alay mungkin (boleh lah meminjam anak zaman now).
Namun bagi seniman, puisi adalah curahan hati yang membuatmu tetap waras, walau tetap saja dipandang setengah waras. Joko Pinurbo yang terdapati beberapa warna perak dibalik tumpukan rambutnya, telah melakukan "paksaan" pada saya untuk reuni dengan puisi pada 2 Maret 2019 di Patjar Merah.
Iya Patjar Merah. Jika anda mengerutkan alis, maka kita mempunyai keingintahuan serupa, jadi silakan memupuskan penasaran dengan mengarungi rekam jejak dunia maya.
Saya bersama 2699 pengunjung lainnya telah menjadi bagian dari hari pertama Patjar Merah, festival kecil literasi dan pasar buku yang digawangi oleh Windy Ariestanty, Irwan Bajang, serta Tommi Wibisono. Lima buku dengan harga satuan Rp10.000 menjadi tanda mata yang membahagiakan. Tak sulit kan membuatku bahagia.
Bukan hanya Jokpin, namun lokakarya di dalam ruangan berhembuskan AC, juga diisi oleh FX Rudy Gunawan pendiri Gagas Media sekaligus penulis kumpulan cerpen [Bukan] pilihan Kompas, Novel adaptasi Tusuk Jalangkung, dan Bangsal 13.