Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

La Mian, Menikmati Mi Legendaris Tiongkok di Sudut Jogja

16 Januari 2018   14:30 Diperbarui: 16 Januari 2018   15:49 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adonan Mie La Mian dipipih. Doc:Pribadi

Satu kilogram, iya benar adonan yang sedang diuleni oleh koki restoran Semeja, ternyata seberat satu kilogram. Jika 10 mangkuk mie bisa disiapkan dari setengah adonan, maka Saya langsung berhitung saat koki memberi info lanjutan,  "Kami biasa menghabiskan lima kilogram untuk setengah hari,"

Dengan cekatan, adonan yang sudah kalis, dan lemas tersebut mulai ditaburi sedikit tepung beras khusus. Adonan yang tadinya berbentuk bulat kemudian dibentuk menjadi seperti lontong besar. Dalam sekali hentakan, adonan tersebut kemudian diangkat, dan ditarik berlawanan dengan kedua tangan. Berulang-ulang kali ditarik, kemudian dilipat serta diplintir ke tengah hingga berbentuk seperti kepang rambut. Dalam hitungan detik dihentakan di papan, serta dipipihkan dengan tangan. Tentu kebersihan tetap dijaga dengan penggunaan sarung tangan.

Counter La Mian. Doc:Pribadi
Counter La Mian. Doc:Pribadi
Tehnik tarik ulur, serta pelipatan adonan tersebut merupakan salah satu keistimewaan dari Mie La Mian, di samping diolah tanpa bahan penyedap atau bahan kimia lainnya. Bila dilihat dari mudahnya adonan ditarik, maka tepung protein tinggi tentu menjadi bahan utama dari La Mian ala restoran di Hotel Gaia tersebut. Silakan berkelana di dunia maya untuk detail tentang perbedaan kualitas tepung.

Jika Anda perhatikan foto adonan La Mian yang Saya abadikan, maka bisa melihat tekstur yang khas. La Mian sendiri merupakan makanan legendaris dari negara Tiongkok, dan dikenal sebagai mie tarik. Saat Saya menikmati Mie La Mian yang sudah menjadi semangkok Seafood Tom Yum, langsung bisa merasakan perbedaannya dengan jenis mie yang lain. Tipis, dan ringannya Mie La Mian menjadi juara dari jenis mie yang bisa Anda sebutkan.

Live cooking La Mian. Doc:Pribadi
Live cooking La Mian. Doc:Pribadi
Mie memang menjadi lambang dari umur panjang di kebudayaan Tiongkok, dan Saya mendapati hal yang sama dengan empat menu mie yang disajikan khusus pada Sabtu Minggu sejak 6 Januari 2018 tersebut. Chicken Mushroom, Cantonese Beef, dan Curried Chicken, merupakan tiga menu mie lain di samping Seafood Tom Yum. Saya harus menggigit pelan mie untuk memutus panjangnya hingga tidak semangkok langsung habis dalam satu suapan. Memang tak sempat bertanya berapa panjang untuk satu tarikan mie, namun yang jelas Saya menikmatinya. Apa lagi kuah yang menyertainya juga cocok.

Meja Buffet La Mian. Doc:Pribadi
Meja Buffet La Mian. Doc:Pribadi
Kaldu ayamnya terasa kuat, dan dipastikan dari rebusan daging ayam kampung yang sudah tua hingga cita rasa yang khas keluar. Kuah yang sama juga Saya tuangkan dalam mangkuk Seafood Tom Yam, memang semua hidangan disajikan secara buffet. Jika Anda datang ke Semeja, maka meja buffet terletak tak jauh dari pintu open roof, dan dikelilingi meja makan yang nyaman untuk duduk lama. Semeja sendiri terletak di selasar bagian depan hotel Gaia, dan dengan mudah dijangkau saat kita turun dari mobil.  

Tamu menikmati menu secara prasmanan. Doc:Pribadi
Tamu menikmati menu secara prasmanan. Doc:Pribadi
Hanya dengan Rp40.000 per pax, maka kita bisa menikmati empat menu istimewa tersebut tanpa harus menunggu, karena koki khusus selalu stand bymengolah Mie La Mian untuk para tamu. Tentu Anda bisa menikmati menu andalan Semeja yang lain juga pada saat yang sama, namun jika Anda penggemar mie seperti Saya maka Mie La Mian perlu dicoba.

Seafood Tom Yam. Doc:Pribadi
Seafood Tom Yam. Doc:Pribadi
 Selain dari Mie La Mian, Saya menyukai suasana di open roof restoran Semeja. Sirkulasi angin, bangku yang nyaman, juga terdapat karya seni dari seniman muda Yogyakarta yang bisa dilihat selayang pandang di bagian utara restoran Semeja. Untuk detail karya para seniman tersebut, bisa Anda baca di artikel saya. Jadi sampai jumpa di Semeja ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun