Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Boomerang dengan Uskup Agung Semarang

23 September 2017   14:30 Diperbarui: 23 September 2017   14:37 1889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Swafoto dengan Monsinyur Robertus Rubiyatmoko. Doc:Kanisius

"Wes gek do obah-obah (Cepet semua bergerak-gerak)!" Gelak tawa kemudian berderai begitu pria berkumis rapi tersebut dengan elegannya menggerakan tangan  kanan tanda melambai. Saya pribadi tidak menyangka Monsinyur Robertus Rubiyatmoko berkenan bermain video boomerang dengan tiga perwakilan bloger di Jogja. Bayangan akan keseriusan seorang Uskup Agung berganti dengan keakraban layaknya antara Ayah dan putri-putrinya.

Iya, saya mendapat kesempatan emas dipenuhi permintaan untuk sepuluh menit dengan banyak jeda berwawanhati dengan pria kelahiran Sleman Yogyakarta tersebut. Iya wawanhati tepatnya apa yang saya rasakan karena kata yang terucap dari masing-masing bibir hanya dua sampai tiga. Sebelum saya bersama dua teman bloger beradu acting jenaka dengan beliau, sudah dua buku dengan namanya sebagai judul sudah ditandatangani.

15 September 2017 yang lalu para tamu undangan acara Wawanhati dan launching buku Monsinyur Robertus Rubiyatmoko, memang mendapat kesempatan emas. Selain bisa bertatap muka, menjabat tangan, dan  makan siang bersama, kami boleh mendengar wejangan langsung dari beliau. Tak lupa buku setebal 264 halaman menjadi cinderamata bagi kami. "Mendapat durian runtuh," begitu komentar teman saya.

Tanda tangan beliau memang sudah tertera rapi di lembar ketiga setelah cover depan buku. Saya sudah setengah hidup menahan gemetar di kaki saat akan meminta kenang-kenangan ala penulis kepada beliau. Saya memang bukan pemeluk agama Katolik walaupun merayakan natal, sehingga hanya memahami peran uskup dari pihak luar. Yakinlah saya akan perkataan teman bloger saya bahwa  wibawa Monsiyur Robertus Rubiyatmoko dibalik senyumnya memang terasa. Tak mengherankan jika beliau menyandang jabatan sebagai Uskup Agung Semarang.

Foto bersama Direktur Komisaris Percetakan Kanisius. Doc: Kanisius
Foto bersama Direktur Komisaris Percetakan Kanisius. Doc: Kanisius
Salah satu yang saya ingat adalah sesaat selesai tanda tangan, beliau menanyakan dengan lirih, "Siapa namamu?"  Pertanyaan yang membuat saya tersadar bahwa  lupa memperkenalkan diri, sebuah kejanggalan mungkin bagi Uskup. Memang banyak pribadi yang berlomba sekedar mencium tangan beliau, sedangkan aku yang berjarak 10 cm tak kunjung mengakrabkan diri. He-he.

Saya tidak akan menerangkan secara khusus tentang apa, siapa, mengapa tentang jabatan Uskup. Sila mencari referensi di literatur Kanisius atau berselancar ke dunia maya.  Yang saya tahu bahwa pria yang lahir pada 10 Oktober 1963 tersebut mempunyai kepedulian lebih pada peran media komunikasi untuk pelayanan. Seperti yang dituturkan saat acara inti Wawanhati dan launching buku Monsinyur Robertus Rubiyatmoko.

Pembinaan iman pada umat bukan hanya tugas para imam namun juga segenap umat itu sendiri. Perkembangan tehnologi baik melalui jasa internet maupun media komunikasi massa juga disinggung oleh pemegang moto, "QUAERERE ET SALVUM FACERE (Mencari dan Menyelamatkan)

Saya sebagai bloger sedikit jumawa saat disinggung bahwa pembelajaran dari penggiat media internet sangat diperlukan. Saya kemudian teringat akan sebuah peristiwa yang sebenarnya sederhana namun  menjadi viral. Paus Fransiskus bersedia berpose bersama(swafoto) penggemar muda yang sedang berziarah di Vatikan. Sebuah langkah sederhana dari awal keterbukaan imam yang merupakan simbol agama Katolik kepada masyarakat umum. Hal yang tak mudah bila melihat sejarah panjang, namun ternyata bisa pelan-pelan berdinamika. Kisah mengenai Paus Fransiskus mungkin jadi ilham juga bagi Monsinyur Robertus Rubiyatmoko saat menyanggupi permintaan video boomerang kami.

Doa bersama. Doc:Kanisius
Doa bersama. Doc:Kanisius
Bermain dengan aplikasi video di gawai bukan sekedar untuk alasan  kekinian namun sebagai usaha sebagai pengingat momen untuk masing-masing pihak. Penanda keterbukaan  yang penting bagi usaha pekabaran injil dengan pendekatan iman dengan umat melalui media-media komunikasi. Tentu saja tetap berlandaskan QUAERERE ET SALVUM FACERE (Mencari dan Menyelamatkan), hanya saja saat acara itu kami para domba yang menghampiri gembala. Maklumlah, 100 tamu undangan memang aktif mengantri waktu untuk berpose bersama dan berjabat tangan dengan beliau.

Sebagai informasi, untuk bertemu dalam waktu biasa dengan uskup sangatlah panjang prosedurnya. Saya sampai termangu-mangu mendengar urutan langkah resmi yang harus dijalani. Seperti mendapat durian runtuh memang sabtu siang di aula Percetakan. Kanisius sendiri yang saya lihat sebagai masyarakat umum, memang lebih aktif lagi membuka diri terhadap media online khususnya bloger. Di lain kesempatan mudah-mudahan ada acara khusus untuk tour keliling percetakan dan talkshow singkat mengenai proses pembuatan buku.

Paduan suara.Doc: Kanisius
Paduan suara.Doc: Kanisius
Oya harmoni dari paduan suara karyawan Kanisius patut diacungi jempol. Saya tak sabar mendengarkan puji-pujian dari suara emas mereka. Bermain video boomerang dengan segenap karyawan Kanisius sudah pasti menarik dan harus dijadwalkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun