"Gratis? Benar? Kok bisa?" Empat kosa kata spontan dipertanyakan, Â saat jari jemari tersebut menyentuh ujung buku bersampul kartun anak-anak. Binar menyapa setelah menantap anggukan dari Lusiana Yulianti, dua wanita berhijab tersebut segera memanggil putranya mendekat. Kebun Bintang Gembira Loka memang sudah mulai riuh oleh pengunjung.
Bilur keringat yang sedikit mengelilingi kening saya, sontak tak terasa melekat. Kegembiraan yang menular dari canda tawa yang hadir menjadi alasannya. Putra dan dua wanita berhijab tersebut memang tergelak dalam percakapan ringan dengan Kepala Taman Komunikasi Penerbit Kanisius. Buku cetak ternyata memang bisa menjadi jembatan komunikasi antar dua generasi berlatar belakang berbeda.
"Oleh karena itu maka stigma negatif masyarakat harus dikikis sedikit demi sedikit. Dengan pendekatan langsung, maka komunikasi antar pribadi menjadi hadir, bukan semata misi menyebarkan buku terselesaikan." Saya menganggukan kepala saat mendengar jawaban dari  Totok Dwi selaku kepala marketing buku gerejawi Penerbit Kanisus. Sebuah langkah awal memang selalu penuh tantangan.
Klaten, Magelang, dan beberapa kota di luar Yogyakarta adalah daerah asal dari keluarga-keluarga muda yang relawan Sahabat Literasi sambangi di Kebun Bintang Gembira Loka. Sebuah kemajuan dari aktifitas penyebaran virus Literasi yang tak hanya berhasil menjangkau warga Yogyakarta di mana Penerbit Kanisius berada.
Launching  pertama Sahabat Literasi dan Media Gathering diadakan pada Sabtu 21 Januari 2017 di Kereta Prameks dan Kraton Solo. Malioboro kemudian menjadi tempat penyebaran virus selanjutnya pada 11 Januari 2017, dan 13 Januari 2017. Tak hanya ingin merambah tempat umum, maka pada 14 Januari di sekolah Kalam Kudus JCM juga dihelatkan aktifitas serupa. Setelah 10 Februari diadakan di Malioboro, maka  Dusun Polaman Sedayu Bantul menjadi target pada 11 Maret 2017 dengan menyatu program KKN UNY. Alun-Alun Wonosari Gunungkidul menjadi tempat aktifitas Sahabat Literasi ketujuh pada 28 April 2017.
Generasi menunduk adalah generasi yang lebih memillih menerima informasi melalui gawai secara rutin, tanpa melakukan aktifitas fisik yang berarti. Tidak masalah jika dilakukan dengan motifasi bekerja atau mengerjakan tugas sekolah. Akan menjadi persoalan jika dilakukan tanpa mempunyai waktu yang berkualitas dengan keluarga atau sahabat.