Menulis buatku adalah tentang bagaimana kita merefleksikan kehidupan. Menebar gagasan dan mengabadikannya agar bisa dibaca oleh banyak orang. Bukan tentang materi atau penghasilannya. Tetapi tentang kepuasan batin yang ada di dalamnya.
Akhir-akhir ini aku tergerak kembali untuk merangkai gagasan lewat tulisan. Yaa, bagaimana mungkin seorang yang bercita-cita sebagai sastrawan tetapi tidak menulis dan mengabadikan setiap momen dalam hidupnya tanpa karya dan tulisan?
Zastrow Al-Ngatawi pernah berpesan kepadaku tempo hari dalam sebuah kesempatan, begini katanya " Sastrawan adalah ibarat pohon terhadap air hujan. Ia tidak akan membiarkannya jatuh begitu saja ke tanah tanpa diserapnya". Apa maknanya? Tentu saja seorang sastrawan tidak akan melewatkan momen-momen dalam hidupnya begitu saja tanpa karya ataupun tulisan. Karena setiap momen berharga dan kita tidak punya jaminan untuk bisa mengulangnya kembali di kemudian hari. Maka seorang sastrawan harus selalu memiliki kesadaran dalam dirinya. Baik dalam keadaan suka maupun pada saat-saat tersulit dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H