"...adakah yang tak bisa dilakukan perempuan? Seseorang yang menampung begitu banyak air mata dikepalanya"
Berbicara tentang perempuan tak akan ada habisnya. Tentang bagaimana mereka bersikap, berbicara, atau melakukan apa saja kehendaknya. Perempuan bisa dibilang pewarna dunia, pemanis alam semesta. Coba saja kalau bisa sebutkan satu saja hal yang tak ada perempuan di dalamnya. Bahkan kartun Doraemon pun menyediakan satu Shizuka sebagai pemanis ceritanya, begitu pula dengan banyak cerita lainnya.
Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi mereka sebenarnya adalah sama. Mereka sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, mereka sama-sama membutuhkan makan dan minum, mereka juga sama-sama memiliki keterbatasan hidup. Namun dalam kesehariannya, perempuan jauh dipandang rendah oleh laki-laki. Masih banyak laki-laki yang tetap mempertahankan slogan lama tentang 3M, Masak, Macak, Manak. Padahal kenyataannya kemampuan perempuan jauh lebih besar dibandingkan slogan itu. Simbol keindahan yang dimilikinya, kemampuannya bernegosiasi, serta kesan kasih sayang yang selalu melekat dalam jiwanya.
Pernahkah ada yang bertanya mengapa ada Miss Universe? Atau mungkin Puteri Indonesia? Mengapa tidak ada Mr. Universe atau Putera Indonesia? Adakah jawaban untuk pertanyaan itu? Adanya pemilihan itu bukankah itu sudah memperlihatkan secara gamblang bahwa perempuan patut diperhitungkan kehadirannya dalam bidang budaya, bahkan mungkin lebih tepatnya dalam semua bidang yang ada. Pemilihannya pun melalui proses seleksi yang tidak mudah, sebab nantinya mereka yang terpilih akan mewakili negaranya dimata dunia. Dan untuk kalimat terakhir ini akan muncul kembali pertanyaan “Mengapa justru perempuanlah yang diberi kehormatan untuk mewakili suatu Negara? Bukan laki-laki yang Arif dan Bijaksana yang berjas dan berdasi?” dan tak akan sulit bagi sebagaian orang untuk menjawabnya.
Perempuan tidak hanya memiliki keindahan untuk dikagumi sehingga mampu merepresentasikan negri mereka, namun mereka juga ahli dalam hal negosiasi. Mungkin memang tak ada bukti konkrit perempuan melakukan hal besar selain Raden Ajeng Kartini kita, namun hal itu bukan berarti mereka tak mampu, tetapi karena tak ada kesempatan yang diberikan untuk mereka. Hal kecil yang memperlihatkan mereka mampu bernegosiasi adalah kejadian sederhana yang sering muncul di pasar tradisional dan pertokoan. Seringkali kita melihat ibu-ibu yang menawar harga agar bisa mendapatkan harga yang lebih terjangkau, dan coba perhatikan jika pedagang itu laki-laki, hanya selang beberapa saat saja sebelum dia akhirnya menyerah. Sekali lagi bukti bahwa wanita mampu mengerjakan hal-hal hebat yang seringkali diragukan laki-laki.
Selain itu, perempuan juga memiliki senjata ampuh yang mungkin tidak dimiliki oleh laki-laki, yaitu kesan kasih sayang. Kesan yang muncul sejak awal itu tentunya tidak hanya kesan saja, namun juga tindakannya. Mengapa lebih mudah bercerita kepada sahabat perempuan, mengapa hanya dengan mendengar cerita saja perempuan bisa langsug bersedih, menangis dan tertawa, mengapa ketika sedang bersedih sahabat atau ibu mampu mengahdirkan suasana berbeda hanya dengan senyum kecil, pelukan dan tepukan ringan? Dan pertanyaan terakhir adalah mengapa semua itu hanya mampu dilakukan oleh perempuan?
Kenyataannya secara fisik mungkin perempuan memang lemah dengan postur tubuh yang dimilikinya. Tapi jika diperhatikan lebih jauh, adakah yang tak bisa dilakukan perempuan? Seseorang yang menampung begitu banyak air mata dikepalanya. Perempuan mampu berbuat apa saja dan berhasil dengan gemilang kalau mereka mau, namun kebanyakan tak ada tuntutan lebih selain kebahagiaan yang dimiliki.
NB: Tulisan ini "hampir" saya kirimkan kesebuah koran nasional, tapi tidak jadi karena saya takut bahwa tulisan saya tidak layak dibaca orang, hehehe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H