Mohon tunggu...
Vieramadhani Poetry
Vieramadhani Poetry Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sulung dari 5 bersaudara yang gemar menulis dan membaca. Tulisan-tulisan hanya ditumpuk dibuku dan laptop, tidak berani untuk mempublikasikan. :D

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pada Sebuah Titik

21 April 2013   15:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:51 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terhenti pada sebuah titik aku pasrah.

Diantara koma-koma aku mencari ujung yang tak kunjung datang.

Dan ketika kupaksakan tempat dimana titik itu berada,

Maka semua tak lagi sama.

Bagaimanapun juga, sebuah titik bisa menjadi awal dan akhir dari sebuah kalimat,

Dalam hal ini kalimat itu adalah perjalanan hidupku.

Beranjak dan bergerak,

Menghasilkan koma-koma yang hanya akan menjadi tempat singgah,

Yang kemudian kuubah menjadi tanda tanya dan tanda seru,

Bahkan tak jarang ada yang kukutip demi menunjukkan keseriusanku dalam hidup.

Kalimat itu terus berjalan dengan kata-kata yang kurangkai,

Walaupun terkadang aku kehabisan akal dan kata untuk meneruskan,

Tapi hidupku tak boleh hanya tergantung pada satu kata,

Misal, jika, dan, atau, kalau saja…

Bisa saja aku berhenti dan menaruh koma dibelakangnya,

Namun aku tak suka ketidasempurnaan yang harusnya bisa kusempurnakan,

Dengan sedikit saja usaha lebih.

Maka aku terus berjalan,

Sampai pada kepuasan yang memang seharusnya kurasakan…

Seperti ketika sebuah essay dikumpulkan,

Hingga halaman berbalikpun kata-kata yang ditunjukkan tetap seirama dan indah,

Terlebih, tulisan yang muncul adalah wajar, tidak dipaksakan…

Huruf yang sama, bahasa yang seirama,

Kalimat menjadikanmu legenda,

Kata membantumu berirama dan bersuara walau tanpa bunyi,

Dan lagi,

Kau akan menjumpai sebuah titik pada akhirnya.

Titik yang memang seharusnya,

Dengan akhir yang luar biasa,

Dan kau bisa dengan kepala tegak merasa bangga…

Kelak semua mengenalku lewat kata-kata yang telah kutorehkan.

Walau tak sepanjang yang bisa kuharapkan,

Tapi semoga mampu mewakilkan rasa terima kasih pada penciptaku,

Pendampingku, penolongku, dan jejak langkahku, yang menjadikanku benar-benar ada.

Malang, 4 Mei 2011

02.45 WIB

(kamar kos sempit dan nyaman)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun