Pandemi Covid-19  belum berakhir, seluruh mahasiswa masih diharuskan untuk kuliah daring. Pandemi covid-19  yang dimulai dari pertengahan Maret yang virusnya berawal dari kota Wuhan di Tiongkok dan mengharuskan untuk seluruh masyarakat untuk selalu di rumah dan menjaga kesehatan agar tidak tertular oleh virus  tersebut. Virus ini masih merajalela karena belum diketahui obat apa untuk mengatasinya, meskipun begitu para peneliti di seluruh dunia sedang meneliti untuk membuat vaksin dan cara untuk mengatasi. Â
Betapa bosannya kami para mahasiswa dan siswa yang terkadang melampiaskan kebosanan dengan bermain beberapa media sosial seperti instagram, facebook, whatsApp, Twitter, Tik-tok dan beberapa aplikasi sosial media lainnya. Pada artikel kali ini kita akan membahas seputar aplikasi tik-tok. Tik tok adalah aplikasi kekinian pada media sosial yang memungkinkan kita membuat video apa pun dan video terebut bisa dilihat orang lain. Aplikasi ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat terutama para generasi Z yang mulai menggandrungi aplikasi tersebut.
Tik-tok masuk sangat cepat  ke Indonesia, pada aplikasi ini kita dapat membuat video sebagai ajang untuk menumbuhkan kreativitas dan bakat serta memberikan pengetahuan juga bisa menemukan berbagai informasi.  Tetapi akhir-akhir ini banyak konten video di tik-tok yang tidak layak ditonton bagi anak-anak karena mengandung unsur dewasa dan kekerasan. Apalagi jika sudah kecanduan dan lupa waktu, padahal masa anak-anak dan remaja adalah masa untuk bermain dan belajar, tetapi karena mereka kecanduan aplikasi tersebut, mereka banyak membuang waktu seharian  hanya untuk menonton atau membuat konten.
Masa  anak-anak hingga remaja adalah proses pertumbuhan yang masih membutuhkan perhatian lebih dari orang tuanya, terkadang mereka meniru beberapa sesuatu adegan yang mereka lihat. Ditakutkan lagi Jika dibiarkan begitu saja dengan pergaulan konten tik-tok jika aplikasi ini salah digunakan dan akhirnya menimbulkan hal negatif yang tidak diinginkan.
Tidak jarang juga hanya demi konten mereka nekat melakukan hal apa pun. Seperti contohnya perbuatan yang dilakukan beberapa siswa SMP di Lombok Timur yang menginjak buku rapor usai kenaikan semester hanya untuk membuat konten agar viral, orang tua para siswa kaget dan tidak menyangka yang dilakukan anak mereka. Karena perbuatan mereka yang tidak terpuji tersebut akhirnya para siswa dikembalikan ke orang tua mereka,  sungguh mereka melakukan hanya demi konten, padahal mereka bisa  membuat konten lainnya yang lebih bermanfaat atau menghibur dari pada membuat konten tidak baik tersebut.
Kesimpulannya kita harus menggunakan media sosial dengan bijak dan membatasi bermain media sosial agar tidak kecanduan. kita sebagai pelajar harus tahu kewajiban kita yaitu belajar serta lebih memanfaatkan waktu untuk hal yang positif. Karena covid-19 belum berakhir kita tetap menjaga kesehatan, sering berolah raga, makan-makanan yang bergizi dan menjaga kebersihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H