Mohon tunggu...
Viera Rachmawati
Viera Rachmawati Mohon Tunggu... -

Saya hanya manusia biasa, sehabis makan, ya saya buang air besar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untuk Seorang Teman yang Sudah Membuat Saya Sedih karena Ucapannya

15 Maret 2010   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:24 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kawan, saya lagi sedih banget nih...Barusan saja teman saya ngomong kaya gini: "Ngapain belajar ilmu filosofi? Toh pada akhirnya duduk di meja, ngetik, ngatur jadwal kerja, harap-harap cemas setiap akhir bulan, menunggu gajian?"

Mau nggak mau saya berpikir, apakah memang saya akan seperti itu pada akhirnya? Berkali-kali saya menarik nafas dalam-dalam. Ingin rasanya menyumpal mulut teman saya itu pake sepatu yang baru nginjek tai anjing ini, tapi apa daya, beginilah nasib ketika hati tersakiti namun otak harus terus berjalan. Nurani memang sedih tapi logika harus tetap dimajukan.

Akhirnya saya pun duduk termenung dalam waktu yang cukup lama. Iya ya? Ngapain juga belajar? Toh juntrungannya saya hanya harus menganggukan kepala di depan bapak tua bangka yang sebentar lagi akan mati dengan kekayaan yang tak akan pernah sanggup saya hitung, dan untuk menganggukan kepala itu, saya tidak perlu mengerti kumpulan roman picisan berjudul 'Amores Medicamina faciei femineae ars amatoria remedia amoris' dalam bahasa latin ini!

Lalu, kemana uang orang tua saya selama ini? Hanya menjadi tips untuk beberapa guru yang yang membagi sedikit ilmunya? Hanya digunakan untuk membeli sebotol teh rasa apel kesukaan saya sebagai penghilang dahaga? Hanya untuk dibelikan tiket bioskop film-film yang para pemainnya pun tak saya kenal? Hanya untuk dibelikan laptop yang 80% saya gunakan untuk searching teman-teman lama di kala SD yang wajahnya pun saya lupa?

Itulah kehidupan......jika berorientasi pada kesenangan semata.

Saya pun tersentak sejenak akan pemikiran yang baru saja terlontar barusan tadi. Tuhan tidak menciptakan 'rasa sedih' hanya untuk ditangisi. Tuhan menciptakan air mata juga untuk merayakan kebahagiaan yang tak terkira.

Apakah nabi Muhammad SAW diharuskan untuk kuliah komunikasi terlebih dahulu sebelum dijadikan salah seorang wakil Tuhan di bumi ini? Apakah Abraham Lincoln memilih untuk mempelajari sejarah berdirinya Amerika sebelum ia menjadi bagian dari sejarah itu sendiri? Dan apakah Miyabi harus mengikuti mata kuliah anatomi tubuh manusia terlebih dahulu sebelum anatomi tubuh dirinya sendiri yang dijadikan 'rajukan' banyak orang?

Jawaban saya: "Nggak kok!"

Saya tau, nama-nama yang saya sebutkan di atas tadi, tidak mewakilkan jutaan manusia yang hidup dengan ke-keren-an-nya masing-masing dan memiliki asa untuk mengubah dunia untuk menjadi tempat yang lebih baik, setidaknya untuk diri mereka masing-masing. Tapi apakah kamu tahu? Kalau seorang Nabi pun pernah diludahi? Seorang bapak revolusi pun membutuhkan saran dari seorang anak kecil yang bahkan tidak tau apa itu arti 'revolusi'? Dan seorang artis porno yang namanya terkenal se-antero jagat per-film-an pun sebenarnya tidak merasa PD ketika pertama kali berdiri di depan kamera?

Mungkin, teman-teman ditakdirkan untuk mengambil mata kuliah jurusan Seni Rupa untuk mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan 'keindahan' yang diciptakan oleh Tuhan dan Tuhan pun berharap apa yang ada di imajinasi para alumnus Seni Rupa ini bisa direalisasikan ke dalam wujud nyata agar bumi yang diciptakan-Nya tampak lebih menarik. Dan, haruskah kita menjadi seorang Van Gogh untuk membuat dunia itu tampak lebih berwarna?

Atau, ketika kita sedang mempelajari kalkulus, apakah harus dipastikan kita akan menjadi matematikawan-matematikawati yang berharap, pada suatu saat nanti 1 + 1 = 3 ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun