Mohon tunggu...
Vienna Yunistia Sasmita
Vienna Yunistia Sasmita Mohon Tunggu... karyawan swasta -

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Water Flow

14 September 2010   18:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:14 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air yang mengalir beberapa waktu lalu itu telah terseret kedalam putaran waktu. Sebelumnya, ia telah beraba-aba akan menyiapkan arus terderasnya. Namun apa daya, aba-aba itu hanyalah sebuah aba-aba, hanya sampai saat bersedia... siap... namun tidak sampai mulai. Arusnya tidak sederas yang ia bayangkan. Ia berjalan dengan sangat lambat. Tak apalah, ia tak mengalir deras, ia akan berusaha mengalir secara perlahan, tapi pasti. Ia ingin menjadi air yang didambakan orang karena ia bermanfaat pada waktu yang tepat, asalkan jangan sampai terlambat. Tapi sepertinya itu masih menjadi mimpi belaka. Pada kenyataannya, ia tak selalu berada pada tempat yang tepat, tak selalu berada pada aliran yang semestinya.

Mungkin jalannya memang tak selalu lurus, tetapi berliku, penuh batu, dan bahkan yang seringkali membuatnya bingung adalah ketika ia menemui dua jalur atau ketika ia menemui persimpangan. Ah, seperti di jalan raya saja! Ia bergumam. Kalaupun begitu, ia tahu, ia harus dan akan tetap berjalan. Walaupun merelakan sebagian dirinya melintasi jalur yang berbeda, membagi dua. Tak apalah... yang penting ia akan bermanfaat bagi yang dilaluinya. Coba banyangkan kalau dia berusaha egois, mengambil satu jalur saja! Bagaimana nasib aliran yang tak teraliri itu? Seandainya tidak ada airan lain yang akan melaluinya. Kering. Pastilah mereka akan kering. Yang mendamba hanya akan tetap mendamba.

Beberapa kali ia mengulur waktu. Namun bukan agar mereka menderita, melainkan supaya ia semakin dirindukan. Begitulah taktiknya. Ia pasti akan datang bagi aliran yang ia tahu takan dialiri aliran lain sebagai kejutan. Agar kedatangannya sedikit mengharukan. Tetapi jika ia tahu bahwa akan ada aliran lain yang datang, ia akan senang. Berarti ia tidak perlu membelah diri. Tak perlu ia membagi-bagi dirinya. Ia akan sampai di tujuan sebagai dirinya yang utuh. Karena ia pun tahu bahwa setiap air akan memiliki alirannya sendiri. Jadi tidak perlu takut tak memiliki tempat…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun