Croce pernah memberikan jawaban nominalistik yang berlatar belakang reaksi sikap otoriter aliran klasik tanpa mempertimbangkan perkembangan dan sejarah sastra.
Jenis sastra dapat membentuk sebuah ciri karya itu sendiri, seolah jenis karya itu menjadi suatu perintah yang harus diikuti walaupun itu oleh pengarangnya sendiri.
Jenis sastra itu sendiri bisa diibaratkan sebagai suatu lembaga tempat seseorang mengekspresikan diri yang kemudian hari dapat mengubah dan bahkan menciptakan lembaga yang baru lagi.
Teori genre merupakan suatu prinsip keteraturan berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu yang mana penilaian terhadap karya sastra sering kali didasarkan oleh pengalaman dan konsepsi dari diri penilai.
Terdapat banyak pertanyaan yang menjadi permasalahan mengenai hubungan sastra antara satu karya sastra dengan karya sastra orang lain.
Genre tidaklah bersifat tetap, kategorinya bergeser dan bahkan milton pun pernah menganggap suatu karna termasuk salah satu jenis padahal orang lain mengira dalam jenis yang lain.
Empson pernah menggabungkan karya-karya dari pastoral dan karya misteri pembunuhan, pengelompokan ini termasuk ciri penulisan kritik, termasuk juga penemuannya.
Terdapat dua penggolongan sastra yang didasarkan dasar dari Aristoteles dan Horace yaitu tragedi dan epik, sedangkan  teori modern membagi sastra-rekaan menjadi fiksi, drama, dan puisi.
Vietor memberikan saran agar ketiga kategori tersebut tidak memakai istilah genre, sedangkan Plato dan Aristoteles membagi kategori tersebut menurut cara menirukan.
Hobes pernah mencoba membagi dunia menjadi istana, kota, dan kemudian diteruskan dalam jenis puisi heroik, scommatic, dan pastoral, sedangkan E.S Dallas mengelompokkan puisi menjadi puisi drama, cerita dan lagu yang kemudian diuraikan dalam skema yang berpatokan dengan puisi Jerman.
Berbeda dengan interpretasi Erskine yang bersifat etika psikologis, Roman Jakobson yang berusaha menunjukkan kaitan struktur gramatika tetap suatu bahasa terhadap  jenis sastranya.