Pengunjuk rasa pro-demokrasi dari Thailand hingga Myanmar mengadopsi salam tiga jari dalam perlawanan melawan kediktatoran militer. Salam yang diambil dari film Hunger Games itu menjadi simbol perlawanan dan solidaritas terhadap gerakan demokrasi di Asia Tenggara. Pastinya kalian tidak asing lagi kan dengan Film Hunger Games, ya! Ini merupakan sebuah film perlawanan atau pemberontakan yang dimana acungan itu dinilai menjadi sebuah simbol pemberontakan masyarakat distrik terhadap Presiden Snow serta The Capitol, yang menjadi penguasa saat itu yang ada di film Hunger Games. Masyarakat di distrik digambarkan sangat jelas, mereka tertindas dan mereka melawan kelas penguasa yang otoriter. Dipetik dari fiksi ilmiah distopia, penghormatan Hunger Games itu telah menyebar ke seluruh Asia Tenggara dalam dekade terakhir sebagai simbol protes pro-demokrasi. Pertama kali, hal ini dilakukan para aktivis demokrasi di Thailand, tetangga Burma.
Salam tiga jari digunakan ketika kudeta militer terjadi di Mei 2014. Ketika pertama dari film terakhir The Hunger Games, "Mockingjay: Part 1", dirilis pada November 2014. Mahasiswa pro-demokrasi muncul di bioskop-bioskop Thailand yang menayangkan film baru tersebut. Mereka pun mengacungkan tiga jari dalam kesempatan tersebut. Namun aksi itu ditahan oleh polisi yang menyamar. Dari Thailand, penghormatan menyebar ke Hong Kong, di mana Revolusi Payung sedang berlangsung pada saat film ini juga dirilis. Saat itu pendemo menolak dominasi yang makin kuat dari Beijing di kota itu.
Lagi-lagi yang baru ini yakni ialah Kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar, Tatmadaw, terhadap pemimpin de facto negara itu, Aung San Suu Kyi, memicu pergolakan sipil dan aksi demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi berlangsung sejak militer menangkap Suu Kyi, beserta sejumlah pejabat partai National League for Democracy (NLD), pada 1 Februari 2021. Tatmadaw menggulingkan kekuasaan sipil setelah mereka melontarkan tudingan bahwa Suu Kyi dan NLD melakukan kecurangan untuk memenangi Pemilu pada November 2020.
Merespons kudeta yang dilancarkan Tatmadaw, masyarakat sipil Myanmar yang terdiri dari berbagai elemen, seperti buruh, pegawai negeri, pekerja kantoran, tenaga medis, pelajar, dan mahasiswa, menggelar aksi unjuk rasa di berbagai kota dan Para dokter serta staff medis, yang mogok kerja dan ogah melayani pemerintahan militer, mengacungkan salam tiga jari Hunger Games sembari mengenakan masker dan baju bedah berwarna biru langkah lain yang dilakukan masyarakat Myanmar yang pro-demokrasi ialah dengan cara membunyikan panci dan wajan sebagai bentuk perlawanan dan penolakan mereka. Gerakan Pemberontakan Sipil ini terbentuk pada 3 Februari 2021 setelah junta menggulingkan kekuasaan sipil Suu Kyi.
Salam tiga jari yang mereka gunakan untuk menyimbolkan penolakan terhadap pemerintahan militer serta tuntutan untuk dibebaskannya Penasehat Negara Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint. Sebagaimana diberitakan, keduanya, beserta beberapa pejabat partai pemerintah, ditahan Jenderal Min Aung Hlaing sejak Senin kemarin. Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan Suu Kyi dan pejabat partai NLD, serta menuntut militer mundur dari pemerintahan. Berdasarkan pantauan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sedikitnya 38 orang tewas akibat aksi unjuk rasa yang direspons represif oleh aparat, yang mencoba membubarkan massa dengan tembakan senjata api.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H