Mohon tunggu...
Vidya Nurrul Fathia
Vidya Nurrul Fathia Mohon Tunggu... -

MAHASISWA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG,JAWA TENGAH

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Manuk

31 Desember 2010   04:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:10 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebak - Banten : Kawasan Banten bagian selatan diketahui menyimpan berbagai potensi yang belum digali optimal, termasuk objek wisata. Dengan berbagai keasrian, secara teori kawasan ini dapat dikembangkan untuk berbagai hal yang bersifat positif.

Pulo Manuk misalnya,  salah satu objek menarik di kawasan Perum Perhutani Unit III (Jabar-Banten) Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banten Bagian Bayah Kec. Bayah, Kab. Lebak. Disebut Pulo Manuk dalam artian Pulau Burung, karena lokasi ini sejak berabad-abad menjadi tempat singgah dan berkumpulnya burung.

Pulo Manuk, tempat persinggahan burung dari perjalanan antarbenua Australia, Asia, dan Afrika. Berbagai burung, singgah di sini setiap September-Oktober. Mereka melakukan migrasi ke berbagai tempat.

Burung itu datang dari Australia, Pulau Christmas, Jabar-Banten, Sumatra, dan Madagaskar Afrika. Namun kebanyakan, yang singgah burung laut, yang selama ini memang memiliki kemampuan jelajah terbang jarak jauh.

Daya tarik Pulo Manuk bukan sekadar berkumpulnya para burung. Ini ditambah dengan kebiasaan masyarakat setempat, yang biasa ramai-ramai mengayak impun (ikan kecil) dari pantai Pulo Manuk, pada tanggal 25 setiap bulan.

Tak jarang, saat kondisi air sedang surut, masyarakat pun bermain-main ke Pulo Manuk, dengan berjalan kaki menyusur karang. Namun saat kondisi air sedang pasang tak ada masyarakat ke sana, apalagi ombak Laut Kidul memang besar.

Keberadaan Pulo Manuk tak hanya sebagai objek wisata menarik, tapi juga identik dengan jejak sejarah kancah Perang Dunia II di Kawasan Banten tahun 1942-1945. Di sejumlah lokasi, terdapat beberapa tempat sisa pertambangan batubara, makam romusha, serta tempat tinggal enam orang mantan romusha yang sampai kini masih hidup.

Rute menuju Pulo Manuk, bisa ditempuh dua cara dengan jalan relatif baik, dapat ditempuh dari arah Kab. Sukabumi. Mulai Pelabuhanratu-Cisolok-Cipicung-Cikotok-Bayah dan dari Serang-Pandeglang-Malingping-Bayah Banten sekira 3 jam. Perjalanan menuju lokasi memang agak melelahkan, namun cukup terhapus dengan ruas jalan yang relatif mulus dan pemandangan sekitar terutama panorama laut dan panorama perkebunan.

Menurut Asper Bayah, Ita, jika dilihat dari potensi, objek ini tampaknya dapat dijadikan sarana wisata ilmiah, terutama kalangan pelajar dan mahasiswa. Namun sejauh ini belum belum teroptimalkan, sehingga Pulo Manuk masih menjadi objek wisata lokal.

“Jika promosi ditingkatkan, bukan tak mungkin Pulo Manuk akan mampu lebih banyak menyedot pengunjung dari luar daerah. Jarak yang jauh menuju lokasi, tampaknya tak akan terhiraukan lagi. Apalagi bagi mereka yang benar-benar meminati wisata sambil belajar di Pulo Manuk,” katanya.
Sumber : bantenonline.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun