Mohon tunggu...
Vidya Kusherawati
Vidya Kusherawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Accounting Students, Airlangga University

Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi Nyata Indonesia untuk Rohingya Jadi Sorotan Dunia

11 September 2017   20:40 Diperbarui: 12 September 2017   08:28 1938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dewasa ini, kasus konflik etnis rohingya sedang gencar diperbincangkan di berbagai media nasional, maupun internasional. Masalah-masalah kemanusiaan ini bukanlah hal yang  pertama di dunia. Di bebarapa negara seperti di Palestina dan Aleppo, Suriah bahkan sudah berlangsung lama, namun sampai saat ini masih belum menemui titik terang.

Sungguh miris, ditengah-tengah banyaknya negara yang mengikrarkan negaranya sebagai negara yang menjunjung tinggi HAM  dan perdamaian dunia, justru terjadi genosida etnis. Nyatanya dari beberapa negara yang mengikrarkan negaranya sebagai negara HAM, justru memilih untuk menutup mata dan telinganya, seakan buta dan tuli terhadap kasus kemanusiaan dibeberapa negara, salah satunya di Rohingya, Myanmar. Hal tersebut bukan tanpa alasan, salah satu alasan mengapa beberapa negara di dunia tidak menanggapi kasus-kasus kemanusiaan tersebut antara lain kemungkinan negara tersebut lebih memilih berada pada "zona aman", dan menikmati peran sebagai "penonton" saja. 

Hal ini dikarenakan kemungkinan negara tersebut beranggapan bahwa mencampuri urusan pemerintahan negara lain akan mengakibatkan resiko besar, salah satunya adalah putusnya hubungan kerja sama antar dua negara. Atau kemungkinan lain adalah adanya suatu negara yang ingin menjadi negara adikuasa dan menguasai dunia. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah memecah belah suatu bangsa dengan menyebarkan isu-isu etnis dan permusuhan antar umat.

Keadaan kaum muslim Rohingya sangat malang dan teraniaya, layaknya buah simalakama, di Bangladesh ditolak, di Burma diusir, sehingga para Muslim tak berdaya terpontang-panting di samudera luas tanpa tujuan pasti. Para muslim Rohingya itu kebingungan mencari tempat tinggal yang mau menerima kehadiran mereka. Sebab, di Myanmar mereka tidak diterima bahkan disiksa dan di Bangladesh juga diusir-usir. Bahkan Presiden Myanmar Thein Sein, mantan jenderal militer itu mendukung kebijakan yang mendorong terjadinya penghapusan etnis. 

Thein Sein mengatakan, sekitar 800 ribu etnis Rohingya harus ditempatkan pada kamp pengungsi dan dikirim ke perbatasan Bangladesh. Lebih menyedihkan lagi ketika pejuang demokrasi Myanmar, sekaligus peraih Hadiah Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi memilih diam menghadapi kebijakan Presiden Thein Sein dalam menyelesaikan kasus etnis Rohingya.

Sebagai negara yang secara geografis letaknya dekat dengan negara Myanmar serta mayoritas jumlah penduduknya beragama Islam, pemerintah dan rakyat Indonesia tak tinggal diam melihat kasus ini. Indonesia berperan besar dalam upaya "memanusiakan manusia" muslim Rohingya. Bukti nyatanya adalah banyaknya masyarakat muslim Indonesia yang menggalang dana sosial, baik di Internet maupun turun langsung di jalan demi mengumpulkan bantuan untuk saudara muslim mereka. Bukan hanya warga muslim saja yang membantu menggalang dana, melainkan beberapa masyarakat yang beragama lain juga turut membantu. 

Jika tidak memiliki alasan untuk membantu, karena latar belakang perbedaan negara, agama, dan ras, maka harusnya kita menjadikan persamaan derajat kemanusiaan sebagai alasan kita membantu sesama, karena pada hakikatnya semua manusia memiliki hak yang sama sejak manusia dilahirkan. Siapapun tidak boleh sekehendaknya merenggut hak manusia yang lain. Kita patut berbangga karena masyarakat kita masih mengamalkan nilai-nilai luhur persatuan dan kemanusiaan "Bhinneka Tunggal Ika".

Upaya masyarakat Indonesia yang lain adalah dengan memviralkan dan menyebarkan link yang berisi petisi untuk mencabut nobel perdamaian Aung San Suu Kyi karena dianggap tak pantas menerima hadiah nobel tersebut, mengingat perilaku kejamnya pada muslim Rohingya yang sama sekali tak mencerminkan perdamaian. Peran pemerintah Indonesia juga tak kalah penting. Salah satu bukti nyata bahwa pemerintah tak diam dalam kasus ini adalah kehadiran Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi yang datang langsung untuk mencari solusi bersama terkait konflik ini. 

Bahkan Sekjen PBB maupun utusan khusus PBB, Kofi Annan mengakui peran besar Indonesia. Presiden Jokowi juga telah memberangkatkan bantuan kemanusiaan hasil kerja sama masyarakat untuk warga Rohingya. Bahkan wali kota Bandung, Ridwan Kamil menyatakan kesanggupan kota Bandung sebagai tempat pengungsian bagi kaum Rohingya.

Upaya-upaya dan peran penting bangsa Indonesia dalam misi memanusiakan kaum Rohingya ini akan menambah citra  baik bagi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi dan mengamalkan nilai-nilai HAM dan Pancasila. Sekaligus ini merupakan tujuan dari negara kita untuk menciptakan perdamaian dunia seperti yang tertuang pada alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Hal ini membuat citra negara Indonesia menjadi negara yang tegas dan beradab.

----------------------------------------------------------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun