Mohon tunggu...
Vidya kidi
Vidya kidi Mohon Tunggu... Perawat - perawat

manciing , Membaca , Bermain Futsal Dan saya Senang membantu orang Lain dalam kesusahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meraih Meaningful Life Perspektif Psikologi Positif dan Tasawuf Psikologi

18 Juni 2024   07:01 Diperbarui: 18 Juni 2024   07:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasawuf dalam arti jalan hidup spiritual secara perorangan, tidak mesti. Namun, Tasawuf sebagai ajaran yang merngajarkan kesalehan individual dan sosial, itu mesti karena hal itu merupakan substansi ajaran Islam. Dunia fikih dan Tasawuf tidak mesti dipertantangkan. Kedua hal tersebut ibarat dua sisi dari satu mata uang, sebagaimana disebutkan Imam Malik dalam pernyataan. Tidaklah substansial jika seseorang menjelekjelekan Tasawuf apalagi menganggap tasawuf itu bid’ah. Sebaliknya, tidak mengatakan Tasawuf itu wajib13

Pencapaian yang hendak ditujukan oleh tasawuf kontemporer adalah sama dengan konsep para sufi terdahulu (sufi klasik). Seperti kedekatan terhadap Pencipta, kehadiran Pencipta dalam kehidupan sehari-hari, menjadi insan kamil. Melihat coraknya,  pengembangan  tasauf  kontemporer  mengarah  kepada tubuhnya tasawuf akhlaqi, dimana mengedepan sikap kesahajaan dan ibadah yang banyak untuk mencapai kedamaian hidup dan kedekatan diri dengan Pencipta18

Tasawuf positif adalah wujud kontekstualisasi tasawuf terhadap tantangan modernisasi. Jika sebelumnya tasawuf sering kali diartikan menolak rasionalitas, maka dalam frame tasawuf positif, rasionalisasi bukan dilarang, melainkan harus dikendalikan, demikian juga memiliki banyak harta bukan sesuatu yang dilarang, melainkan harus dikendalikan.

Dengan meneliti kajian antara Psikologi positif dan Tasawauf posistif sebaiknya memberikan pemahaman bahwa manusia memiliki sisi baik. Sisi positif tersebut akan menjadi pusat seluruh diri manusia manakala diberikan penekanan secara kejiwaan (psikologi) dan akan semakin menjadi lebih mendarah daging bahkan mencapai kesejatian ketika mendasarinya dengan kemakrifatan terhadah ketuhanan (tasawuf). Sehingga meaningful life dapat dicapai lebih utuh.

REFERENSI

Ansori, Muhamad Afif, Dimensi-dimensi Tasawuf, Lampung: Tea Ms Barokah, 2016. Asad, Muhammad. Th e Message of the Quran, Gibraltar: Dar al Andalus, 1980

Baqir, Haidar. Tasawuf Positif: Alternatif Spiritual Bagi Masyarakat Modern, artikel dalam jurnal PESAN, No. 58, Th 2, 02/2002

Bastaman, H.D. Logoterapi :Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007

Nasr, Sayyed Hossen. Islam dan Nestapa Manusia Modern, alih bahasa: Anas Mahyuddin. Bandung: Pustaka,1983.

Solihin, Muhammad. Terapi Sufistik, Bandung: Pustaka Setia, 2004,

Solikhin, Muh. Tasawuf Aktual, Menuju Insan Kamil, Semarang, Pustaka Nuun, 2004. Thoules, H Robert. Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1992. Umar, Nasaruddin. Tasawuf Modern: Jalan Mengenal Dan Mendekatkan Diri Kepada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun