Mohon tunggu...
Vidya TalisaAriestya
Vidya TalisaAriestya Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Menulis menjadi sebuah ruang untuk berimajinasi, bercerita, dan berkontemplasi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Gempuran Tren Film Horor Indonesia, antara Diprotes dan Dinanti

23 Juni 2023   16:57 Diperbarui: 23 Juni 2023   17:30 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: tribunnews.com

Jumlah penonton film Indonesia di bioskop maupun layanan media OTT (Over The Top) terus meningkat setiap tahunnya. Dari berbagai genre film yang ada, horor menjadi yang paling dominan dalam menguasai pasar, dan menghasilkan keuntungan lebih besar dibanding genre film yang lain. 

Hal ini disebabkan, karena konsistennya konten "horor" di media sosial dalam berbagai format (thread twitter, Video Tiktok, podcast Youtube) yang banyak diulas dan mendapatkan predikat "viral". 

Teori dari Max Horkheimer dan Theodor Adorno menjelaskan adanya perkembangan teknologi media, memunculkan industrialisasi kebudayaan yang menggeser makna hantu dari perspektif tradisi menjadi populer. Sehingga, mengangkat cerita horor dengan unsur kelokalan, menjadi pilihan utama bagi para filmmaker .


Antara diprotes dan dinanti, itulah gambaran yang tepat untuk keberadaan film horor Indonesia saat ini. Banyak penonton mengeluh jenuh dengan jajaran film Indonesia yang selalu dipenuhi genre horor, dan berpendapat bahwa industri film terlalu mengkesploitasi tema horor tanpa memikirkan segi kualitas. Waktu perilisan sebuah film, sering mengejar momentum viralnya sebuah isu yang terkait dengan tema film. 

Faktor ini, menjadi pemicu pola produksi film di Indonesia menjadi tidak ideal. Keterbatasan kreatifitas, juga dipengaruhi deadline waktu yang sangat ketat, sehingga filmmaker tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan riset mendalam. 

Semua hal berbau mistis terus digali, bahkan terkesan dipaksakan ada, tanpa dapat meneliti lebih lanjut keabsahan cerita. Situasi ini dikhawatirkan akan berpengaruh pada hilangnya minat menonton film dalam negeri, apabila berlangsung dalam jangka waktu lama.

Film horor menjadi sebuah komoditas yang sangat menjanjikan untuk semua kalangan rumah produksi dengan berbagai skala. Dari 126 film Indonesia yang tayang perdana di bioskop, sebanyak 31 film bergenre horor. Seperti yang tercantum di laman "Katadata.co.id", terdapat 9 judul film genre horor yang mengisi daftar film Indonesia terlaris 2022. 

Pencapaian film dengan jumlah penonton terbanyak selama tiga tahun terakhir secara konsisten juga bergenre horor, yaitu Makmum 2 (2021) dari rumah produksi Dee Company dengan raihan penonton 1.764.372, KKN di Desa Penari (2022) dari MD Pictures dengan jumlah penonton 10.061.033, dan Waktu Maghrib (2023) dari Rapi Films dengan raihan penonton 2.033.739. 

Makmum 2 juga mendapat penghargaan dari MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai film peraih satu juta penonton tercepat di masa pandemi. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa ditengah kritik dan protes penonton film Indonesia, film dengan genre horor selalu mendapatkan ruang tersendiri di hati penonton dan terus memiliki pasarnya, apapun kondisinya.


Setiap fenomena tentu menghadapi pro-kontra. Sangat wajar bila sebagian pihak tidak mempermasalahkan adanya gempuran tren film horor yang terus berjalan, karena hal tersebut juga memiliki dampak positif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun