Mohon tunggu...
Vidi Susanto
Vidi Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Photography

Mahasiswa tingkat akhir Gemar potography

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pipir Bumi, Sebuah Ruang Berbagi Kebahagiaan Lewat Bercocok Tanam

25 Desember 2020   08:48 Diperbarui: 25 Desember 2020   08:51 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunamai "Pipir Bumi", dua buah kata yang tiba-tiba terbesit dalam pikiranku ketika tempo hari aku merenung tentang kebermanfaatan hidup. Bicara soal arti, pipir artinya pinggir sedangkan bumi artinya rumah. Konsepnya semacam berkarya di samping rumah lewat hal sederhana seperti bercocok tanam.

Lalu, bagaimana hubungan Pipir Bumi sendiri dengan sebuah kebahagiaan? Mari kuceritakan!

Perkara definisi bahagia, tentu semua orang memiliki definisinya masing-masing, termasuk aku sendiri. Bagiku, definisi bahagia adalah bisa berbagi hal yang bermanfaat bagi banyak orang, apapun caranya.

Di awal tahun 2018, saya mulai tertarik dengan bercocok tanam. Berbekal ilmu yang saya peroleh ketika masih SMA dulu, pelan-pelan saya belajar bagaimana agar sebuah bibit bisa tumbuh dan memiliki nilai kebermanfaatan.

Tenang, saya tidak tiba-tiba menanam pohon jati ya hehe. Saya mulai bercocok tanam hortikultura dan hal tersebut saya lakukan dipinggir rumah. Beruntung sekali, rumah kedua orangtua saya cukup luas sehingga pas untuk dijadikan lahan bercocok tanam.

Pelan tapi pasti, pot demi pot saya buat ditemani oleh teman-teman yang memiliki pemikiran yang sama. Bahwa ketahanan pangan tak hanya tugas negara, tapi masyarakat juga harus punya andil dalam hal tersebut.

Saya teringat sebuah buku yang pernah saya baca dimana didalamnya dibahas mengenai sistem tata nilai yang di ajarkan masyarakat Sunda terdahulu, meliputi: nulung kanu butuh (membantu yang kesusahan), nalang kanususah (memberi yang kekusahan), nyaangan kanu poekeun (menyinari yang kegelapan), dan nganter kanu sien (mengantar yang takut).

Keempat poin tersebut merupakan tujuan dari didirikannya "Pipir Bumi" ini. Tak hanya itu,  konsep bertani yang dilakukan masyarakat Sunda terdahulu yang sangat mementingan keselarasan guna terjalinnya kehidupan yang saling menguntungkan, "Pipir Bumi" mengadopsi sistem pertanian yang di lakukan masyarakat Sunda menjadi sarana untuk terbangunannya kebahagiaan keselarasan di antara mahluk hidup untuk berbagi kebahagiaan..

Di era pandemi seperti ini ketahan pangan perlu di perkuat dengan kesadaran kita dalam memenuhi kebutuhan pangan. Sifat saling memberi makanan hasil pertanian sangat perlu dilakukan dalam membantu saudara kita yang membutuhkan.

Itu pula yang dilakukan oleh Pipir Bumi. Berkebun secara organik dengan mengedepankan keselarasan, dimana disana terjalin saling menghargai antara tumbuhan, tanah hingga mikro organisme yang lainnya.

Yang menarik bagi saya, menanam bukan hanya soal memanen, tetapi bagaimana kita bisa memberi hasil bercocok tanam kita kepada tetangga, teman, dan juga orang-orang yang membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun