Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yuddy Chrisnandi : Kerikil Dalam Sepatu Hanura

7 Mei 2014   17:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13994326301814617804

Sejak menjadi politikus di partai Golkar ternyata Yuddy Chrisnandi sering menjadi sosok yang berseberangan dengan partainya sendiri.

[caption id="attachment_335083" align="alignnone" width="196" caption="batu dalam sepatu / detik.com"][/caption]

Politikus yang pernah vokal di Komisi I DPR dari Golkar ini memang lama tidak muncul di depan public. Sejak perpindahannya dari Partai Golkar ke Partai Hanura bentukan Wiranto, dia seakan tenggelam.

Awalnya, oleh Wiranto, Yuddy diberi job sebagai ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura - Bapilu. Namun setelah Hary Tanoe – HT bergabung, Yuddy yang doktor ilmu politik itu digeser menjadi salah satu ketua DPP Hanura dan diganti oleh HT. Yuddy dan Wiranto memang dekat sejak keduanya bergabung di partai Golkar,

Secara mengejutkan, ia muncul lagi dengan membawa isu pendongkel HT dari kursi Bapilu Hanura. Pematik persoalannya adalah perolehan partai kuning kunyit yang jauh dari target semula.

Isu ini dia hembuskan berkali-kali melalui media massa. Dia bersama mantan staf ahli bidang politik sekaligus Wasekjen, Kristiawanto dan salah satu petinggi Hanura lainnya yaitu Fuad Bawazier sengaja membangun opini bahwa Hary Tanoe sudah tidak layak lagi bergabung di Hanura. Ia tak segan menyebut "Hary Tanoe sudah menjadi masa lalu Hanura, masa lalu yang menyedihkan," kata Kristiawanto.

Karir politik Yuddy Chrisnandi dalam pentas politik nasional memang turun naik. Ini tak lepas dari sifat politiknya yang kaku. Namanya sempat sangat terkenal saat di DPR periode 2004-2009.

Ketika masih tergabung di Partai Golkar, sikap Yuddy sering berseberangan dengan fraksinya dalam melontarkan dan merespons isu publik, meski digolongkan di anggota DPR yang vokal. Disinilah Golkar juga merasa keberadaannya bak kerikil dalam sepatu; mengganggu.

Puncaknya saat Pemilu 2009, namanya masuk dalam deretan tokoh muda yang maju dalam Pilpres 2009. Dia mengadakan roadshow ke sejumlah daerah dengan mengusung "Yuddy Chrisnandi '09 Perubahan Akan Datang".

Ia juga sempat mengikuti kontestasi perebutan Ketua Umum Partai Golkar dalam Musyawarah Nasional (Munas) di Riau. Lucunya, meski dia sangat dikenal dan akrab dengan partai Pohon Beringin itu, tak satupun suara yang ia raih dalam Munas. Munas akhirnya memilih Aburizal Bakrie.

Yuddy membuat orang kaget ketika dia mengundurkan diri dari pencalonan sebagai caleg Partai Golkar di Dapil Jabar VII. Alasannya ? Nomor urutnya tidak sesuai harapan. Pada Februari 2010, Yuddy mundur dari Partai Golkar dan bergabung di Partai Hanura. Pileg lalu, dia maju sebagai caleg dengan nomor yang diinginkannya :caleg Partai Hanura dengan nomor urut 1 Dapil Jabar VII. Namun ia gagal lagi. Malah Miryam Haryani di nomor urut 2 melenggang bebas ke Senayan dengan selisih sekitar 12 ribu suara dibanding Yuddy.

Setelah beberapa tahun di ‘rumah politiknya’ yang baru, kini Yuddy seperti memutar kembali rekamanlagu sumbangnya di partai. Yuddy amat kaku berpolitikpadahal dalam politik tak bisa seperti itu.

Sikap Yuddy dalam berpolitik yang seperti itu akan membuat repot organisasi; bak kerikil dalam sepatu. Toh, partai politik merupakan muara bagi ide dan gagasan dengan variabel yang terus berubah setiap waktu. Semuanya berproses dan bergerak. Jika kalah bergagasan bukan berarti harus keluar dari gelanggang pertarungan gagasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun