Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Masyarakat dan Peluang yang Didapat Oleh Terorisme

20 April 2015   12:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:53 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14295092391049451131

[caption id="attachment_411340" align="aligncenter" width="396" caption="purnamabs.files.wordpress.com"][/caption]

Negara telah mengamanatkan bahwa sistem pertahanan nasional bersifat semesta yang melibatkan selurh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya. Keseluruhan elemen tersebut disiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegaskan kedaulatan negara.

Dalam konteks pencegahan terorisme, masyarakat merupakan entitas yang sangat vital, sehingga partisipasinya sangatlah besar. Masyarakat dapat berperan memutus rantai ideologi radikal, mendeteksi keberadaan kelompok teroris, dan mendukung upaya penindakan pelaku terorisme. Semua hal tersebut dapat terlaksana dengan baik jika terjalinnya hubungan yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi terorisme yang mengancam keamanan dan ketertiban hidup bermasyarakat.

Bahkan, peran masyarakat dapat dioptimalkan sebagai sarana untuk mengupayakan aksi preventif dalam memutus rantai terorisme sampai ke akarnya. Karena jika lingkungan sosial acuh tak acuh terhadap kegiatan masyarakatnya, paham terorisme dapat memanfaatkannya untuk menumbuh suburkan ideologi yang diusungnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan sosial memiliki peran ganda, yakni sebagai pendukung upaya deradikalisasi sekaligus juga dapat menjadi peluang berkembangnya paham terorisme.

Untuk hal yang terakhir disebut di atas, setidaknya ada dua model kehidupan masyarakat yang riskan dimasuki paham teroisme. Pertama adalah masyarakat perkotaan, di mana kultur kehidupan masyarakatnya cenderung apatis. Kondisi seperti itu seringkali dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk bersembunyi di tengah-tengahnya. Saat tengah bersembunyi seperti itu, kelompok teroris dapat leluasa untuk menyusun dan merencanakan beragam bentuk aksi teror kejahatan. Oleh karena, tidak heran jika masyarakat sering dibuat terkaget-kaget ketika pihak keamanan melakukan penggerebekan di lingkungan tempat tinggalnya.

Adapun model kehidupan masyarakat yang kedua adalah masyarakat basis, yakni masyarakat yang mempunyai kesamaan ideologi dan cita-cita dengan kelompok teroris. Atas dasar kesamaan tersebut, kelompok teroris mendapat keleluasaan dalam menjalankan berbagai rencana kejahatannya. Alih-alih mendapatkan perlawanan dari masyarakat sekitar, kelompok teroris justru kerap dilindungi bahkan (mirisnya) dianggap pahlawan oleh masyarakat basis.

Fakta-fakta di atas seakan kembali menegaskan bahwa pencegahan terorisme merupakan tugas bersama yang bersifat madani. Dengan terciptanya masyarakat yang madani, maka pengembangan perdamaian dan toleransi di masyarakat berpotensi terus meningkat sehingga memperkuat pertahanan kita dari bahaya ancaman terorisme.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun