Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meski Bubar, Kita Harus Tetap Waspada

11 Juli 2024   16:15 Diperbarui: 11 Juli 2024   16:17 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Beberapa waktu lalu, muncul berita tentang organisasi Jamaah Islamiyah yang membubarkan diri dan kembali ke pangkuan NKRI. Mungkin bagi sebagian orang fenomena ini tidak mengejutkan karena beberapa waktu sebelumnya, tokoh JI yang masih hidup yaitu Abu Bakar Baasyir, setelah bebas dari tahanan kemudian menerima Pancasila dan UUD 1945. Saat 17 Agustus , pondok pesantren Al-Mukmin yang dipimpinnya melakukan upacara bendera memperingati kemerdekaan Indoensia -- sesuatu yang tidak pernah dilakukannya.

Pembubaran diri Ji -- atau lebih tepat disebut Neo JI ini memang sangat mengejutkan dan sekaligus mengejutkan. Karena dibanding organisasi lain yang senada -- katakanlah MMI atau JAD, organisasi ini amat sering terkait dengan serangkaian kejadian radikal yang berlandaskan agama.

Kita bisa melihat disini tindakan radikal yang punya kaitan dengan JI adalah bom Bali satu dan dua, bom malam natal, bom di JW Marriot , bom di kedutaan Australia, terakhir adalah bom di hotel Ritz Carlton Jakarta. Belum lagi kaitan pimpinan JI yang dianggap terkait dengan pelatihan militer di Aceh.

Rangkaian tindakan yang mengguncang Indonesia dan dunia dapat dikatagorikan cukup besar karena beberapa alasan. Pertama adalah karena bom-bom itu dilakukan dalam waktu pendek yaitu kurum waktu enam tahun sejak 2002. Kedua, bom-bom itu punya targer yang cukup jelas yaitu orang asing yang notabene bagi mereka adalah orang kafir yang dalam ajaran agama yang tanpa konteks, pantas dibunuh (diambil darahnya). Ketiga, selain terkait dengan orang asing, bom-bom yang dilakukan itu punya korban yang cukup besar dan sempat mempengaruhi hubungan Indonesia dengan negara-negara yang punya korban berupa imbauan untuk tidak melakukan kunjungan atau liburan. Kita tentu ingat setelah bom bali, kunjungan wisatawan asing terutama dari Australia menurun drastis.

Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa anggota bahkan simpatisan JI didoktrin untuk menjadi jihadis, tidak dengan kata-kata saja tetapi juga tindakan. Selain itu JI dikenal sebagai organisasi militant Islam di Asia Tenggara yang bercita-cita mendirikan negara Islam besar dan mengembalikan citra kekhilafahan setelah Utsmani runtuh pada awal abad ke 20.

Simpatisannya tersebar tidak saja di Indoensia tetapi juga di Singapura, Brunei Darussalam, Thailand (Selatan) dan Filipina (Selatan). Kadang kita mendapati, seortang jihadis asal Indonesia juga melakukan rangkaian pengeboman di negara lain. Kita bisa melihat bahwa ada suami istri yang ditengarai sudah menyatakan bertobat (dari perilaku jihadis) tetapi kita mendapati bahwa mereka melakukan menyerang gereja dengan menggunakan bom di daerah Filipina Selatan.

JI juga ditengarai terkait dengan beberapa nama besar seperti Azahari Husin atau Dr Azahari alias Alan alias Adam, Noordin Mohammad Top alias Noordin M Top, Imam Samudera, Abdul Jabar, Ali Gufron , Dulmatin , Umar Patek dan Hambali.

Kini mereka membubarkan diri, mengaku kembali ke NKRI dan ingin berkiprah ke bidang pendidikan. Pembubaran dan tekad mereka untuk berubah Haluan ini, layak disyukuri, namun kita harus tetap mewaspadai hal ini karena ideologi adalah hal yang tidak terlihat. Dia ada di kepala dan mampu disembunyikan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun