Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Ubah Sudut Pandang

15 Juni 2024   10:01 Diperbarui: 15 Juni 2024   10:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tahu bersama jika perang antara Israel dan Palestina adalah fenomenal pada abad ini dan mengalahkan perang antara Rusia dan Ukraina. Israel dan Palestina telah berkali-kali saling menyerang dan saat ini mencapai puncaknya .

Serangan Hamas kepada Israel awal tahun ini,  dibalas oleh Israel dengan balasan yang bertubu-tubi. Mereka memang tidak melawan Palestina secara keseluruhan, namun memburu Hamas dengan amat massif dan mengorbankan warga yang hidup di sekitar wilayah yang didominasi Hamas yaitu jalur Gaza.

Hamas adalah salah satu partai besar di Palestina yang dengan segala cara termasuk dengan cara kekerasan. Mereka bersikeras bahwa wilayah Palestina yang seharusnya milik Palestina adalah dari Sungai sampai laut. Dan sebagian besar sudah direbut oleh Israel.

Hanya saja agama dua negara itu berbeda. Sebagian besar agama warga Israel adalah Yahudi sedangkan Palestina adalah Islam. Meski begitu ada juga Kristen dll. Kita tahu wilayah itu adalah wilayah yang dimana agama-agama aliran Abraham muncul dan empat agama besar bermula dari wilayah ini.

Namun konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina bukanlah soal agama, namun sangat kompleks dan menyangkut territorial, hukum dan sejarah, negara dan warga. Selain kompleks persoalan dua negara itu multidimensi dan tidak bisa dilihat secara hitam putih.

Namun konteks itu dikaburkan oleh beberapa pihak dengan menyempitkan persoalan itu sesuai dengan kepentingannya, antara lain soal ideologi atau agama, atau politik identitas. Mereka menyempitkan persoalan dengan melihat kekejaman Israel atas warga Palestina di jalur Gaza dianggap dan diprespektifkan sebagai kekejaman Yahudi atas Islam. Meski mayoritas warga Palestina beragama Islam dan Israel adalah yahudi, namun ini bukan perang agama.

Dua hal itulah yang mendominasi prespektif dan narasi yang ingin dibangun oleh beberapa pihak, baik di skala global maupun nasional. Di Indonesia penyempitan prespektif atau perubahan sudut pandang itu juga terjadi. Jika banyak demo soal Palestina mengibarkan bendera Palestina sebagai bendera korban perang, namun di Indonesia beberapa demo seperti di Surabaya dan Yogyakarta, demo soal Palestina  diwarnai dengan berkibarnya bendera HTI, sebuah ormas yang dibubarkan pemerintah beberapa tahun lalu.

Inilah yang harus diuruskan dan diubah. Sudut pandang yang dengan sengaja disebar oleh beberapa pihak yang menggiring bahwa konflik itu didasarkan agama, harus diubah. Dengan begitu kitab isa mendoakan dan mendukung perjuangan Palestina dengan tulus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun