Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Jangan Bodoh Hanya Karena Kontestasi Sesaat

3 Februari 2024   20:28 Diperbarui: 3 Februari 2024   20:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa, lima tahun berlalu dan kita berada di ambang pesta demokrasi yaitu pemilihan umum presiden dan pemilihan legislative. Mungkin diantara kita masih terekam dengan baik peristiwa yang terjadi pada beberapa pilpres yang lalu. Kalau boleh saya sebut di sini adalah pilpres 2014, 2019 dan pilkada 2017 yang amat fenomenal.

Saya katakan fenomenal karena pada pemilihan umum yang saya sebutkan di atas, Indonesia diwarnai dengan suasana panas. Suasana panas ini berkenaan dengan pilihan calon presiden atau gubernur yang mereka pilih untuk lima tahun ke depan. Di beberapa daerah suasana panas itu malah mengarah ke perpecahan.

Ada rumah tangga yang tak utuh lagi, hanya karena perbedaan pilihan politik. Itu benar-benar terjadi di beberapa tempat dan menimbulkan keprihatinan beberapa kalangan. Ada juga putusnya persahabatan yang dibinba sejak puluhan tahun lalu, hanya karena perbedaan politik. Mereka saling tidak menyapa, melakukan unfollow di media sosial mereka sampai melakukan berbagai ujaran kebencian terhadap calon pilihan mantan sahabatnya itu. Begitu yang terjadi beberapa bulan sebelum kontestasi dan beberapa waktu setelah kontestasi itu terjadi.

Suasana panas karena kontestasi ini tak lepas dari pengaruh media sosial sebagai media yang ikut memperkeruh suasana menjadi panas. Media sosial dengan teknik tertentu memang bisa menjadi alat yang baik untuk mengantarkan poesar dan memberikan pengaruh kepada netizen. Bahkan untuk hal yang tidak terkait dengan  dirinya puluhan juta netizen bisa terpengaruh hanya karena sang idola atau pujaannya, melakukan sesuatu di sana.

Di beberapa negara fenomena ini juga terjadi, yaitu orang menjadi saling tidak menyukai hanya karena penguatan di media sosial. Atau orang menjadi menyukai kandidat tertentu hanya karena adanya penguatan di media sosial. Ini yang kemudian menjadi perpecahan dan persekutuan yang tidak sehat yang terjadi di warga karena kontestasi politik.

Kita sadar bersama bahwa hal itu sebenarnya tidak perlu. Kita tidak perlu memutus persahabatan hanya karena kontestasi lima tyahunan. Apalagi, kita tidak poerlu berpisah dengan istri atau suami kita hanya karena beda pilihan. Jika kita pikirkan lebih jauh, perpecahan hanya krena politik itu adalah hal bodoh yang dilakukan oleh orang-orang yang mungkin pintar tapi sejatinya bodoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun