Beberapa minggu bahkan beberapa bulan ini, media kerap menyajikan  pengadilan beberapa remaja yang menganiaya temannya sampai cacat. Ayah sang pelaku yang merupakan pejabat pajak, kemudian diproses karena dianggap terlibat kejahatan korupsi.
Kejahatan yang berbeda sasaran yang dilakukan oleh ayah anak ini selain mengundang perhatian publik, juga berdampak luas. Banyak keluarga yang menjaga anaknya dengan sebaik-baiknya untuk menghindari kemungkinan kekerasan atau pergaulan di luar batas.
Di sisi lain, pemerintah juga mendapat dampak dari sektor penerimaan pajak yang merosot sejak ayah sang remaja itu diproses hukum. Meski sang ayah kerap melakukan korupsi di pajak sektor korporasi, namun mau tidak mau mempengaruhi masyarakat untuk menyerahkan uangnya kepada pihak pajak karena hal itu.
Beberapa minggu ini juga kita disajikan proses hukum atas pondok pesantren Al Zaytun yang dianggap melakukan bebagai pelanggaran. Pelanggaran itu tidak saja soal akidah tapi juga berupa pelanggaran soal administrasi sampai soal keuangan. Pondok pesantren juga tak lepas dari isu soal pemerkosaan atau pelecehan seksual yang melibatkan pengelola dan santriwati.
Kondisi yang memprihatinkan ini mendorong kita agar kita menjadi lebih baik lagi. Sebagai orangtua kita harus menjaga dengan baik anak-anak kita. Sebagai anak , kita juga harus menjaga pergaulan diri sendiri agar jauh dari pergaulan yang tidak baik.
Sebagai pejabat negara kita juga harus membawa marwah birokrat sebagai pelayan masyarakat yang sudah semestinya melaksanakan tugas dengan baik. Seharusnya ybs tidak melakukukan korupsi, manipulasi atau pencucian uang.
Begitu juga dengan kaum agama yang punya pondok pesantren yang seharusnya bisa dijaga dengan baik dan memperlakukan santri dan santriwatinya dengan baik pula. Kita semua harus bisa membawa masa lalu yang mungkin buruk menuju masa kini yang lebih baik dan masa depan yang mungkin akan jauh lebih baik lagi.
Jika hal ini bisa lakukan, sebenarnya inilah makna dari peristiwa hijrah yang setiap tahun kita peringati sebagai tahun baru islam itu. Hijriyah atau hijrah tak bisa lepas dari peristiwa agung dimana Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, melakukan hijrah dari kota Mekah menuju Madinah yang berjarak +470 km. Mekkah  bai Nabi Muhammad adalah kota yang penuh dengan kekacauan, kebencian kekeasan dan berbagai hal negatif lainnya.
Karena itu masa lalu dan kini yang mungkin buruk, dan kita akan berhadapan dengan masa depan yang jauh lebih baik. Itu koheren dengan masa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan paa sahabatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H