Mohon tunggu...
Vidia Hamenda
Vidia Hamenda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - pegawai

suka nulis dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Respon Tepat dari Pamekasan

3 Februari 2023   00:49 Diperbarui: 3 Februari 2023   00:51 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari Rabu sekitar seminggu lalu, banyak orang dikejutkan dengan demonstrasi di Pamekasan Madura Jawa Timur itu. Demo itu menyoal ucapan seorang ustadz beraliran yang mengatakan bahwa perayaan Nabi Muhammad SAW merupakan ajaran sesat dan tanpa dasat kuat. Dia juga mnegatakan bahwa Hasyim Ashari sebagai tokoh NU menentang perayaan itu.

Ajaran maulid tidak berasal dari nabi Muhammad, Khalafaurrasidin, tabi'in, tabi'it tabi'in," kata Yassir Hasan yang berceramah di masjid beraliran Wahabi yaitu masjid Usman bin Affan.  Ceramah itu mengundang kemarah umat nahdliyin di beberapa daerah di Pamekasan. Mereka tidak bisa menerima ucapan ustadz itu yang menyoal perayaan maulid nabi plus menyebut tokoh NU.

Akhir kata, masjid itu akhirnya ditutup oleh kepala desa selain tidak berizin, dianggap juga meresahkan warga. Masjid itu ditutup dari segala kegiatan keagamaan.

Kejadian itu (penceramah beraliran Wahabi membuat pernyataan kontroversial) sebenarnya bukan barang baru. Pada tahun 2015, kejadian nyaris serupa juga terjadi di masjid Ridwan yang terletak di jalan Diponegoro pusat kota Pamekasan yang juga beraliran Wahabi.

Waktu itu, para pendemo menirukan ucapan penceramah di masjid Ridwan yang mensyirikkan Maulud Nabi, mensyirikkan ziarah kubur, membidahkan tahlilan. Kita semua tahu bahwa tiga kegiatan itu adalah budaya nenek moyang kita tapi tentu tidak bermaksud menyekutukan Allah. Syirik adalah istilah yang dianggap menyekutukan atau menyembah selain Allah. Sedangkan bidah adalah kegiatan yang tidak diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW soal ibadah.

Islam di Indonesia adalah Islam yang ramah dan moderat. Islan di sini adaptif terhadap kultur tanpa menghilangkan hakekat ajaran agama itu sendiri. Fenomena akulturasi ini tidak saja terdapat di Islam saja tetapi juga di kekristenan di beberapa daerah. Beberapa gereja Kristen amat kental oleh budaya Jawa atau Bali. Di beberapa tempat di Sulawesi juga begitu. Akulturasi ini sama sekali tidak mengubah ajaran Kekristenan.

Wahabi amat berbeda dengan Islam di Indonesia yang moderat. Wahabi cenderung kaku dan keras sehingga kitab isa mendapati bahwa seseorang yang intoleran seringkali terpengaruh oleh ajaran Wahabi tanpa disadarinya. Malah ada beberapa organisasi massa yang terlihat secara kasat mata sebagai wahabi. Mereka tidak saja mengkafirkan umat lain tetapi juga mengkafirkan aliran lain dalam Islam yang tidak sejalan dengan alirannya. Malah jika seorang beraliran aswaja shalat di masjid beraliran Wahabi, maka tempat orang itu salat langsung dipel oleh petugas masjid.

Begitu juga jika para simpatisan Wahabi yang tidak aktif dalam kegiatan mereka selama beberapa waktu, maka akan dianggap murtad dan jika kembali akan dianggap sebagai muallaf. Sebegitu intolerannya aliran ini sehingga wajar jika umat Islam di Pamekasan melakukan demonstrasi.

Suatu demonstrasi yang tepat dan seharusnyalah dilakukan untuk aliran-aliran yang provokatif, keras dan kaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun